Sabtu, 17 Desember 2011

PEMIMPIN MASA DEPAN PARTAI DEMOKRAT
Oleh: Nasiruddin, MM


Partai Demokrat merupakan partai fenomenal. Berdiri pada tahun 2002, Partai Demokrat berhasil meraup 7,6 persen suara pada Pemilu 2004 dalam usia yang belum genap dua tahun. Pada pemilu legislatif 8 April 2009, suara Demokrat meningkat hingga tiga kali lipat, 21 persen. Hal ini mengantarkan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih untuk kedua kalinya dalam pemilihan presiden pada 8 Juli 2009. Dalam hitung cepat perolehan suaranya sekitar 20 persen. Fantastis, naik hampir 300 persen dari hasil pemilu 2004 yang hanya 7,45 persen.
Kongres II PD di Bandung, 21-23 Mei 2010 sudah dibuka. Di kongres ini akan dipilih ketua umum Partai Demokrat. Tentunya kader yang terpilih haruslah memiliki integritas dan moralitas tinggi, mampu mensejajarkan diri dengan ketua umum partai politik lainnya, memiliki visi yang jauh ke depan (visioner), memiliki kemampuan komunikasi yang baik, serta mampu mengatasi berbagai persoalan partai.
Untuk mewujudkan hal itu maka Ketua Umum Partai Demokrat ke depan harus mampu mengelola sumber daya manusia mulai dari melakukan rekruitmen kader partai yang potensial, melakukan kaderisasi secara berjenjang, maupun memberdayakan sumber daya manusia untuk sama-sama berjuang membangun partai secara solid dengan kesamaan ideologi. Disamping itu, Ketua Umum Partai Demokrat ke depan juga harus mampu mengelola potensi sumber daya finansial dengan membangun akses dukungan finansial yang bersih dan bisa dipertanggungjawabkan dan harus mampu membangun citra partai yang positif dan menjadi harapan seluruh masyarakat Indonesia. Ada tiga kandidat kuat yang sudah digadang-gadang para pendukungnya yaitu Anas Urbaningrum, Andi Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie.

Anas Urbaningrum dinilai memenuhi kriteria sebagai pemimpin masa depan Partai Demokrat. Ia dikenal santun dalam berpolitik, tidak pernah menciderai orang dalam perkataannya, tidak pernah memojokkan orang, juga tidak pernah menyakiti mitra koalisi atau oposisi. Jika melihat latar belakang,  Anas punya hubungan yang baik dengan PAN, PKB, dan PPP. Itu karena Anas pernah menjadi ketua umum PB HMI. Kondisi itu tidak berarti bahwa Anas cenderung ke Islam. Anas tetaplah seorang demokrat.
Dengan berlatar belakang mantan Ketua Umum PB HMI, added valuenya adalah memiliki jaringan yang luas. Akan tetapi kendalanya adalah kemungkinan Anas akan mengalami keseganan atau handicap psikologis terhadap politisi-politisi senior dari partai kompetitornya seperti Akbar Tandjung, Fuad Bawazier yang berlatar belakang HMI juga.
Selain memiliki kemampuan, Anas juga less conflict sehingga dapat mencegah perpecahan  partai dan mempertahankan soliditas partai. Ia memiliki skill politik yang baik, diterima di basis dan memiliki jaringan cultural. Meskipun secara usia Anas masih muda. Ia sama-sama berasal dari Jawa Timur dengan SBY, ia dari Blitar sedangkan SBY berasal dari Pacitan. Kesamaan daerah asal menjadi isyarat kedekatannya dengan presiden SBY.
 Anas adalah muara pertemuan dua arus. Publik mengenalnya sebagai politikus yang tenang, santun, dan bersin. Namun, ia juga dikenal sebagai seorang intelektual cerdas dengan pikiran-pikiran lugas dan jernih. Himpunan Mahasiswa Islam dan Komisi Pemilihan Umum menjadi saksi bagi kiprah intelektualnya. Visi Anas bagi Partai Demokrat terlihat jelas dalam deklarasinya yang mengusung agenda institusionalisasi partai. Dengan konsep partai modern yang menjadi visi dan misinya ke depan, maka ia layak untuk dijual ke publik dalam meraih suara maksimal di 2014.
Di samping itu, sikap segan yang ia miliki atau istilah dalam bahasa Jawa ‘ewuh-pekewuh’ terhadap para senior dalam berpolitik AU lebih besar jika dibandingkan Andi Mallarangeng. Andi dan Anas sama-sama memiliki back ground, track record dan pengalaman-pengalaman berpolitik dan berorganisasi beberapa waktu lalu. Namun rasa pekewuh Anas lebih besar dibadingkan Andi.
Adapun Andi Mallarangeng memiliki kelebihan dibandingkan dengan dua kandidat lainnya. Kelebihan Andi Mallarangeng adalah figur muda yang telah memiliki pengalaman di Partai Demokrat sehingga diharapkan kepemimpinannya bisa dinamis dan akomodatif terhadap seluruh kader. Kelebihan Andi Mallarangeng lainnya adalah visinya akan membawa Partai Demokrat sebagai partai modern serta sebagai partai tengah yang betul-betul tengah. Partai modern dan partai tengah ini sangat penting bagi masa depan Partai Demokrat. Cuma masalahnya Andi Mallarangeng tidak banyak mengakar di 'grass root' sehingga dapat menyulitkannya menarik simpati kalangan pemilih Demokrat kelak. Di samping itu, Andi dinilai tidak bisa mewarisi ideologi politik SBY dan kelompoknya karena dia bukan militer dan bukan Jawa. Selama ini Andi hanya menjadi juru bicara presiden.
Untuk ketua Umum PD tentunya SBY akan mencari figur yang bisa mempersatukan dan nasionalis, trandisional Jawa, yaitu yang memiliki sifat-sifat loyal dan paternilisitik di mana faktor umur akan menentukan. Banyak pengamat tidak melihat adanya loyalitas Andi kepada SBY.
Calon pimpinan PD masa depan yang berkampanye dan deklarasi tidak jelas serta terlalu mewah, tentunya tidak akan disukai masyarakat. Model kampanye Andi di TV dan deklarasi yang besar-besaran, terus terang sangat meresahkan karena hal ini tentunya berbiaya sangat mahal. Apalagi jika dana yang digunakan untuk itu tidak jelas sumbernya. Langkah Andi menjual Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono) juga bukan jaminan bahwa akan didukung SBY. Ibas bisa saja malah sengaja diletakkan SBY di kubu Andi sebagai langkah untuk membuangnya.
Sedangkan figur Marzuki Alie dinilai lebih kapabel dan mengakar di internal PD karena kapasitas dan posisi politik yang dimiliki saat ini. Disamping dekat dengan SBY. Ia juga dekat ke grass root karena intens melakukan komunikasi ke pengurus-pengurus DPD. Ia sebagai sekjen partai dan lebih mengakar di internal di samping itu juga punya track record yang baik dalam mengurus partai. Ia memiliki kematangan politik. Terbukti dengan posisinya saat ini, sebagai sekjen partai dan ketua DPR RI. Itu modal yang kuat. Bisa jadi, Marzuki muncul sebagai jalan tengah karena saat ini, Partai Demokrat membutuhkan figur calon ketua umum yang memiliki visi dan misi brilian ke depan, di tengah kondisi krisis dan terpaan badai politik yang mengarah ke Demokrat. sehingga tidak bisa hanya bermodalkan popularitas tapi harus yang visioner. Repotnya jika ia terpilih akan kesulitan menjalankan tugasnya sebagai ketua umum dan Ketua DPR. Ditambah lagi, kepemimpinan Marzuki di DPR masih menuai kontroversi yaitu kasus ketok palu yang berujung kericuhan dalam rapat paripurna DPR dalam membahas hasil rekomendasi Pansus Century.
Loyalitas dan kesantunan dimiliki Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie. Namun, Marzuki nampaknya lebih unggul karena usia dan masa kebersamaan dengan SBY lebih lama.
Marzuki Alie pernah menyatakan, selama empat setengah tahun menjadi Sekjen Partai Demokrat pada 2005-2009, dirinya beberapa kali berkonsultasi dan berdiskusi empat mata dengan SBY. Pernyataan ini menjadi isyarat kedekatan mantan direksi sebuah badan usaha milik negara ini dengan Presiden SBY.































.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar