Kamis, 15 Maret 2012

Guyon Gus Dur


um'at, 05 Maret 2010 12:55 wib
"Dimasukkan Kertas To Yo!"
CERITA  ini sudah lama, sewaktu Almarhum Gus Dur masih menjabat sebagai orang nomor satu di PBNU. Kantor PBNU waktu itu baru saja dilengkapi dengan mesin faksimili.

Hari itu, Arifin Junaidi (Wakil Sekjen PBNU kala itu) tengah memperagakan cara mengirim faksimili di depan Gus Dur. Di saat bersamaan mantan Presiden RI keempat ini kedatangan seorang rekannya. Mereka bertiga jadi memperhatikan mesin canggih itu.

"
Loh ngirim tulisan pakai mesin ini apa bisa diterima persis di sana?" tanya rekan Gus Dur terheran-heran.

Arifin menjawab yakin, "
Lah iya no!"

Setelah Arifin memfaksimili, tiba-tiba ada faks masuk. Mendengar bunyi dan masuknya faks itu membuat rekan Gus Dur semakin kagum saja.

"Wah mesin faks ini memang luar biasa,
nggak masuk di akal ya," komentar rekan Gus Dur itu sambil geleng-geleng kepala.

Spontan Gus Dur langsung nyeletuk, "Ya jangan dimasukkin akal dong, dimasukin kertas
to yo," jawab ringan Gus Dur menggunakan dialek Jawa.
(rhs)
Selasa, 05 Oktober 2010 10:47 wib

Nyebut Bang!

PENAMPILAN Gus Dur ketika memberikan pengantar pidato kenegaraan menyambut HUT ke-55 Kemerdekaan RI di Sidang Paripurna DPR Agustus 2000, jauh berbeda dibanding saat ia hadir di tempat yang sama untuk menjawab  interpelasi DPR. Kali ini dia tampak tegang. Wajahnya agak cemberut.

Namun segala ketegangan akhirnya cair juga. Para anggota DPR malah beberapa kali dibuat terpingkal-pingkal oleh guyonannya.

Di tengah-tengah pidato tanpa teks itu, Gus Dur bercerita tentang seorang kondektur bus asal Sumatera Utara yang bergelantungan di pintu bus. Ketika bus melaju kencang, rupanya sopir bus tak tahu kalau sang kondektur terjatuh kesenggol bus lain. Sang kondektur pun jatuh tersungkur. Kepalanya langsung membentur jalan dan retak. Napasnya sudah Senin
Kemis terputus-putus.

Saat itulah datang seorang Betawi yang mencoba menolong kondetktur yang sekarat itu.

"Bang
nyebut bang, nyebut," katanya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga kanan kondektur itu. 

Maksud orang Betawi ini, agar kondektur yang sekarat tadi menyebut kalimat Syahadat
La ilaha ilallah, sebelum meninggal. Tapi karena kondektur tadi bukan orang Islam, dia mengaitkan permintaan nyebut tadi dengan profesinya.

Maka sesaat sebelum menghembuskan napas terakhirnya, sang kondektur tadi sempat menyebut, "Blo..M-Depo....Blo M-Depo..." (rhs)

Senin, 14 Juni 2010 15:31 wib

TK Abdurrahman Wahid

SETELAH Gus Dur meninggal dunia, banyak pihak yang mengusulkan agar namanya diabadikan sebagai nama antara lain pada universitas, museum, nama jalan. Hal ini sebagai bentuk apresiasi atas jasa-jasa mantan Presiden RI tersebut.

Misalnya Universitas Abdurrahman Wahid di Jakarta, Museum Gus Dur di Jombang, Jalan Abdurrahman Wahid di Surabya, serta Wahid Institute.

Maraknya perbincangan itu membuat pengurus LTMI PBNU Mukhlas teringat dengan humor Gus Dur waktu berkunjung ke Jombang.

Di tempat kelahirannya itu, kata Mukhlas, Gus Dur pernah bercerita bahwa nama kakeknya telah diabadikan menjadi nama universitas, yaitu Institut Keislaman Hasyim Asy'ari (IKAHA) Tebuireng.

Sementara nama ayahnya telah diabadikan menjadi nama SMA A. Wahid Hasyim Tebuireng dan SMP A. Wahid Hasyim. “Nah berarti saya nanti cuma kebagian TK Abdurrahman Wahid,” ujar Gus Dur, seperti ditirukan Mukhlas. (rhs)

Gus Dur Dan Orang Mati
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya pada isyarat dari makam-makam leluhur? Kelihatannya dia memang percaya, sebab Gus Dur selalu siap dengan gigih dan sungguh-sungguh membela "ideologi"nya itu. Padahal hal tersebut sering membuat repot para koleganya.

Tapi, ini mungkin jawaban yang benar, ketika ditanya kenapa Gus Dur sering berziarah ke makam para ulama dan leluhur.

"Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi." katanya.

Do You Like Salad?
Rombongan istri pejabat Indonesia  pelesir ke San Fransisco menemani suami mereka yang sedang studi banding. Ceritanya mereka mampir ke sebuah restoran. Ketika memesan makanan, mereka bingung dengan menu-menu makanan yang disediakan. Melihat itu, sang pelayan  berinisiatif menawarkan makanan yang barangkali semua orang tahu.

“If you Confuse with menu, just choose one familiar..” kata si pelayan

Rombongan ibu-ibu saling berbisik menebak si pelayan itu ngomong apa.

Si Pelayan tersenyum “Oke, do you like salad ?”

Seorang ibu yang sok tahu menjawab “Sure, I am Moslem, five times in one day”

(maksud si ibu, dia muslim dan shalat lima kali sehari).

Humor NU
Bagi Gus Dur, ada tiga tipe orang NU.

"Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi hingga jam sembilan malam, dan menceritakan tentang NU, itu biasanya orang NU yang memang punya komitmen dan fanatik terhadap NU," jelasnya tentang jenis yang pertama.

Jenis yang kedua adalah mereka yang meski sudah larut malam, sekitar jam dua belas sampai jam satu malam, namun masih mengetuk pintu Gus Dur untuk membicarakan NU, "Itu namanya orang gila NU."
 
"Tapi kalau ada orang NU yang masih juga mengetuk pintu rumah saya jam dua dini hari hingga jam enam pagi, itu namanya orang NU yang gila," kata Gus Dur sambil terkekeh saat itu.

Humor Polisi
Humor lain yang diingat banyak orang adalah kritikan dalam bentuk lelucon yang dilontarkan saat banyak pihak mempertanyakan moralitas polisi, yang masih bisa berlaku dengan saat sekarang walaupun humor ini dilontarkannya setahun silam.

"Polisi yang baik itu cuma tiga. Pak Hugeng almarhum bekas Kapolri, patung polisi dan polisi tidur," selorohnya.

Humor Umat Beragama
Dalam sebauh Seminar di Batam. Gus Dur menjelaskan kebersamaan harus diawali dengan sikap berbaik hati terhadap sesama.

"Oleh karena itu seluruh umat bertanggungjawab atas masa depan bangsa. Boleh berantem satu sama lain tapi keselamatan bangsa tetap diutamakan," kata Gus Dur disambut tawa peserta.

Humor Jihad
Menanggapi aksi jihad yang dilakukan oleh banyak warga Muslim yang percaya kematiannya akan 'menjamin' tempat di surga, Gus Dur malah kembali melemparkan leluconnya.

"Gus, betulkah para pengebom itu mati syahid dan bertemu bidadari di surga?" tanya seorang wartawan kepada Gus Dur.

Gus Dur pun menjawab, "Memangnya sudah ada yang membuktikan? Tentu saja belum kan, ulama maupun teroris itu kan juga belum pernah ke surga. Mereka itu yang jelas bukan mati syahid tapi mati sakit. Dan kalau pun mereka masuk surga, mereka akan menyesal bertemu bidadari, karena kepalanya masih tertinggal di dunia dan ditahan oleh polisi."

Obrolan Presiden

Saking udah bosannya keliling dunia, Gus Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali ini dia mengundang Presiden AS dan Perancis terbang bersama Gus Dur buat keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan Perancis aja yg punya pesawat kepresidenan. Seperti biasa...
setiap presiden selalu ingin memamerkan apa yang menjadi kebanggaan negerinya.

Tidak lama presiden Amerika, Clinton mengeluarkan tangannya dan sesaat kemudian dia berkata: "Wah kita sedang berada di atas New York!"

Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa tau sih?"

"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab Clinton dengan bangganya.

Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar. "Tau nggak... kita sedang berada di atas kota Paris!", katanya dengan sombongnya.

Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau juga?"

"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut presiden Perancis tersebut.

Karena disombongin sama Clinton dan Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan tangannya keluar pesawat...
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah Abang!!!", teriak Gus Dur.

"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan nggak bisa ngeliat.

"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus Dur kalem.

KAMUS BAHASA BREBES ASLI


1.      Jambangan      = Tempat air dari tanah
2.      Paso                 = Tempat air dari tembaga
3.      Pemes              = Pisau kater
4.      Tugtug             = Langit-langit yang terbuat dari plastik
5.      Piyan               = Langit-langit yang terbuat dari bambu
6.      Klendangan     = Kluyuran
7.      Klebet             = Bendera
8.      Kruwelan        = Kusut
9.      Apen-apen       = Pura-pura
10.  Idep                 = Anteng/pura-pura/inti
11.  Cules               = Males
12.  Senggana         = Seumpama
13.  Kondong         = Kamar
14.  Ajang              = Wadah
15.  Jonoh               = Awas
16.  Nyerandu        = ganggu
17.  Cengkereg/Nggara      = Rewel
18.  Cenangnangan                        = Kluyuran
19.  Nggratil           = Usil
20.  Gemerah          = Ribut
21.  Krowangan/gemboran= Berteriak
22.  Srakat/nggratak           = Usil
23.  Krekelan          = Suka memanjat
24.  Mberung/mbedud/tambang     = Susah diatur
25.  Glopot/belok= Kotor
26.  Busik   = Kusam pada kulit
27.  Cindung          = Kopyah
28.  Benting           = Stagen
29.  Kloyang-kloyong= Kluyuran
30.  Gedibal           = Tanah yang nempel pada kaki
31.  Duduh             = Kuah
32.  Belok=            Becek
33.  Selek= Cepat
34.  Dluwang= Kertas
35.  Tempolong= Tempat dari kaleng/seng ukuran kecil
36.  Blik= Tempat kaleng ukuran besar
37.  Toples= Tempat dari plastik
38.  Beling= Pecahan kaca
39.  Tlawungan= Jemuran
40.  Gantar= Tongkat bambu panjang
41.  Kupluk= peci lama
42.  Srumal= Celana
43.  Pergelet= Tempat dari kaca
44.  Camik= Cangkir
45.  Blagbag= Papan tulis
46.  Sabak= Papan tulis kecil
47.  Gombal= Baju kotor
48.  Ilir= Kipas dari bambu
49.  Krilik= Uang logam
50.  Pengilon= Cermin
51.  Germ= Biskuit
52.  Brug= Jembatan
53.  Tutus= Tali dari bambu
54.  Ketel= Teko/poci
55.  Dlebug= Tempat dari anyaman bambu
56.  Cempor= Lampu tempel dari minyak tanah
57.  Dom= Jarum jahit
58.  Lempong= Kasur
59.  Kondong= Kamar tidur
60.  Trumpah= Sandal
61.  Runtah= Sampah
62.  Jogan= Lantai
63.  Emper= Teras
64.  Cepon= Tempat nasi dari bambu
65.  Sragen= Rak piring
66.  Benting/bengkung= Ikat perut perempuan
67.  Epek= Sabuk hamil
68.  Kojong= Nasi bungkus untuk kuli
69.  Takir= Tempat lauk yang dibuat dari daun
70.  Ditum/pincuk= Dibungkus rapet
71.  Tempelang= Tempat dari daun yang menyerupai piring
72.  Blong= Tempat air besar yang terbuat dari seng
73.  Slompret= Terompet
74.  Gledegan= Roda
75.  Jungkat/garu= Sisir
76.  Asduk= Dasi
77.  Gendul= Botol
78.  Kastok= Gantungan baju
79.  Bendo/gobang= Golok
80.  Lampit= Tikar
81.  Bung= Tunas bambu
82.  Lurung= Jalan gang
83.  Slentongan= Jalan sempit
84.  Bluluk= Kelapa kecil
85.  Kasut= Kaos kaki
86.  Rusbang= Kursi panjang
87.  Amben= Ranjang
88.  Kemul= Selimut
89.  Kriul= Anting-anting
90.  Kentor= Tiang penyangga
91.  Listring= Rel kereta
92.  Gotrok= Kereta uap
93. Kricik= Uang receh