PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit menular masih banyak diderita oleh
masyarakat, sementara penyakit tidak menular mulai berperan bahkan semakin
meningkat. Selangkah demi selangkah penyakit tidak menular mulai merebut posisi
penyakit menular. Perubahan pola penyakit ini lebih dikenal dengan sebutan
transisi epidemiologi. Bila dua dekade lalu penyakit infeksi mendominasi pola
penyakit di Indonesia ,
mulai dekade 90-an tampak adanya
peningkatan penderita penyakit tidak menular seperti penyakit metabolik, kanker
dan penyakit degeneratif lainnya. Khusus untuk kanker terlihat lonjakan yang
luar biasa dimana dalam jangka 10 tahun
terlihat bahwa kanker sebagai penyebab kematian telah naik peringkat
dari peringkat 12 ke peringkat 6 (Mulyadi,1996). Sehingga pada dekade terakhir,
di Indonesia kanker sebagai salah satu penyakit kronik dirasakan makin menonjol
(Puslit Penyakit Tidak Menular, 1993).
Laporan SEAMIC (South East Medical Information
Center International) tahun 1997 mengenai statistik kesehatan di Asia
Tenggara tahun 1974-1993, menyatakan kanker merupakan penyebab kematian utama
pada tahun 1993 di Asia Tenggara. Di Singapura kanker merupakan penyebab
kematian nomor satu, di Thailand sebagai
penyebab kamatian nomor 3, sedangkan di Filipina dan Malaysia kanker menempati
posisi nomor 4 dan 5 sebagai penyebab kamatian.
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukan
proporsi penyebab kematian kanker semakin meningkat dari 1,3 % pada tahun 1967 menjadi 3,4% pada
tahun 1986 lalu menjadi 4,8 % pada tahun 1992 dan pada tahun1995 menjadi 5 %.
Kanker serviks uteri menduduki peringkat utama pada
kasus yang menyerang wanita di Indonesia .
Menurut perkiraan Departemen Kesehatan, saat ini ada sekitar 100 kasus
penderita kanker serviks uteri per 100.000 penduduk atau 200.000 kasus setiap
tahunnya.. WHO memperkirakan insidens minimal kanker di negara berkembang Sebesar 182 per 100.000 per tahun. Sementara
untuk wanita, insidens kanker di wilayah Asia Tenggara berdasarkan data dari
berbagai registrasi kanker adalah sebesar 105 kasus per 100.000 wanita (Puslit
Penyakit Tidak Menular, 1993)
Kanker serviks uteri merupakan salah satu dari
jenis kanker yang menyerang wanita dan merupakan sebuah masalah kesehatan
masyarakat yang penting di dunia. Kanker serviks uteri menempati menempati
urutan kedua setelah kanker payudara dalam hal penyakit keganasan pada wanita
di dunia. Setiap tahunnya di dunia diperkirakan ada sekitar 450.000 kasus baru
kanker serviks urteri dengan kematian sebesar 300.000. Jika kasus-kasus baru
yang tidak terdiagnosa dimasukkan dalam perhitungan maka jumlah kasus baru
setiap tahunnya mencapai 900.000 di dunia (WHO, 1996). Dinegara berkembang
kanker ini menempati urutan pertama dalam hal penyakit keganasan pada wanita.
Kanker serviks uteri hingga saat ini merupakan 24 %
dari seluruh penyakit keganasan pada wanita.Hasil pegolahan data dari pusat
patologi di seluruh Indonesia mengenai distribusi kanker pada tahun 1990
didapat bahwa sembilan pusat patologi mendapatkan kanker serviks uteri di
urutan pertama dari jenis-jenis kanker yang paling sering ditemukan
(Mangunkusumo, 1996).
Sebagian besar penderita kanker serviks uteri yang
datang berobat biasanya sudah dalam stadium lanjut padahal seperti yang
dinyatakan oleh Kim (1995) bahwa kanker
serviks uteri stadium lanjut mempunyai prognosis yang buruk dan sering berakhir
dengan kematian dalam jangka waktu relatif pendek.
Data kanker
di Indonesia
secara aktif dikumpulkan dan diolah oleh Bdan Registrasi Kanker Perhimpunan
Dokter Spesialis Patologi Anatomi Indonesia (IAPI). Sebanyak 13 laboratorium
patologi anatomi ikut serta didalam pengunpulan data ini. Pengumpulan dan
pengolahan data kanker yang bersifat “population based” untuk penduduk Kota Semarang telah dilakukan
sejak tahun 1985. Data kanker dikumpulkan dari seluruh laboratorium patologi anatomi yang ada di Semarang serta dari laporan laboratorium
hematologi, catatan medik RS dan konsultasi dokter praktek swasta. Selama 10
tahun (1990-1999) telah dikumpulkan sebanyak 6821 kasus kanker baru (pria 2613
kasus dan wanita 4208), didapatkan kanker baru penduduk Kota Semarang, sebanyak
148 kasus setiap 100.000 penduduk, Age Standarizet Rate (ASR).
Jumlah
penderita kanker serviks uteri di Jawa Tengah dari tahun ke tahun cenderung
meningkat. Indikator kenaikan penderita kanker
di Jateng ini bisa dilihat dari jumlah pasien yang dirawat di bagian
bedah Rumah sakit Umum Kariadi (RSDK), Semarang
pada tahun 1995-200.
Rumah Sakit Dokter Kariadi (RSDK) merupakan
rumah sakit umum pusat yang ada di Semarang
dan menangani segala macam penyakit (dari penyakit ringan sampai dengan
penyakit berat) salah satunya adalah pemeriksaan kanker serviks uteri secara
hispatologis serta melakukan tindakan kuratif (pengobatan dan pembedahan). Pada
tahun 2001, pasien kanker serviks uteri yang dirawat di bagian bedah tercatat
sebanyak 354 pasien atau meningkat 136 persen dibanding jumlah pasien yang
dirawat pada tahun 1995, yaitu sebanyak 150 pasien. Sedangkan pada tahun 2003, periode Januari-Oktober, tercatat
sebanyak 442 atau meningkat sekitar 24,9 %
Mengingat betapa berbahayanya kanker serviks uteri
ini maka perlu diketahui karakteristik
individu yang menjadi faktor resiko terjadinya penyakit kanker ini agar
pencegahan dan penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan sedini mungkin.
Meskipun menurut Corral (1996) mengatakan semua sel manusia berisi
proto-onkogen yaitu gen yang mempunyai potensial untuk menimbulkan kanker. Gen
ini mulanya terlihat normal sampai ada suatu saat terjadi keganasan. Onkogen
ini dapat menjadi ganas dengan bermacam cara antara lain dengan cara radiasi
dan zat-zat karsinogenik sehingga titik mutasi menjadi aktif. Kemungkinan lain
onkogen menjadi aktif dengan cara amplikasi karena onkogen melakukan replikasi
berkali-kali pada sel yang sama sehingga protein yang dikode oleh gen menjadi
sangat banyak sehingga mempunyai efek menjadi kanker.
Penyebab kanker serviks uteri belum jelas diketahui
namun ada beberapa fakto resiko yang menonjol seperti umur pertama kali
melakukan hubungan seksual, paritas, jumlah perkawinan, infeksi virus, sosial
ekonomi, nutrisi dan higiehi. Pentingnya mengetahui karakteristik penderita
kanker serviks uteri dilakukan untuk lebih mewaspadai kejadian tersebut
mengingat penyakit ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Sarjadi,
1992).
1.2
Permasalahan
Berdasarkan
uraian pada latar belakang masalah di atas maka penelitian dapat dibuat rumusan
masalah yaitu :”Hubungan
Karakteristik individu dengan
kejadian kanker serviks uteri pada penderita kanker serviks uteri di Rumah
Sakit Dokter Kariadi tahun 2003”.
1.3
Tujuan
1.3.1
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan
karakteristik individu dengan kejadian kanker serviks uteri pada
penderita kanker serviks uteri di Rumah Sakit Dokter Kariadi.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengetahui karakteristik individu
penderita kanker serviks uteri yang meliputi umur, tingkat pendidikan, paritas,
umur pertama kali melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual,
penggunaan kontrasepsi oral dan faktor genetik.
2.
Mengetahui hubungan masing-masing
karakteristik penderita dengan kejadian kanker serviks uteri di RSDK semarang tahun 2003.
3.
Mengetahui besar resiko
masing-masing karakteristik terhadap kejadian kanker serviks uteri di RSDK
Semarang tahun 2003
1.4
Ruang Lingkup Penelitian
Mengingat
keterbatasan waktu, dana, sarana, dan tenaga
maka perlu adanya pembatasan yang meliputi ruang lingkup materi
keilmuan, lingkup masalah, sasaran, tempat dan waktu.
1.
Lingkup materi
Penelitian ini
merupakan penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat khususnya
epidemiologi penyakit menular
2.
Lingkup masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada gambaran karakteristik
individu dengan kejadian kanker serviks uteri pada penderita kanker serviks
uteri di Runah Sakit Dokter Kariadi.
3.
Lingkup sasaran
kelompok kasus : Wanita dengan kanker serviks uteri
yang didiagnosa secara klinis hispatologi dan telah mendapat pengobatan serta
di rawat di ruang IRNA kelas III bagian
Obgin lantai II RSDK tahun 2003.
Kelompok Kontrol : Pasien wanita yang tidak
menderita kanker serviks uteri dan dirawat inap ruang IRNA kelas III bagian
Obgin lantai II RSDK tahun 2003.
4.
Lingkup tempat
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dokter Kariadi (RSDK)
5.
Lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Desember 2003
1.5
Manfaat Penelitian
1.
Bagi Institusi Kesehatan
Ø
Sebagai masukan dan informasi bagi program kesehatan dalam
rangka mencegah penyakit kanker serviks uteri
Ø
Memberikan pendidikan
kepada masyarakat agar memperhatikan cara
hidup sehat sebagai salah satu cara untuk mencegah penyakit kanker.
2.
Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk
penelitian, pengembangan dan pengabdian masyarakat di bidang epidemiologi,
serta sebagai bahan kepustakaan.
3.
Bagi Masyarakat
Digunakan sebagai bahan informasi dalam rangka kegiatan pencegahan penyakit
kanker serviks uteri.
4.
Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk memperdalam
dan memperluas wawasan serta menerapkan keilmuan di bidang epidemiologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kanker Serviks Uteri
Kata
kanker berasal dari Bahasa Latin “Cancer” yang artinya kepiting. Kanker
mempunyai sifat melakukan invasi dan penyebaran atau metastasis.. Pada sel-sel
normal, ada pola-pola tertentu yang mengatur pertumbuhannya tetapi sel-sel
kanker pertumbuhannya bersifat otonom, tidak mengikuti pola-pola yang ada.
Serviks
uteri merupakan sepertiga bagian bawah rahim. Bentuknya seperti silinder dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium eksternal. Serviks uteri mempunyai dua
epitel, yaitu skuamosa dan kolumnar yang dipisahkan oleh sambungan skuamokolumnar
(SSK). Pada perkembangan kehidupan wanita, epitel kolumnar akan digantikan oleh
epitel skuamosa baru, yang diduga berasal dari sel cadangan epitel kolumnar.
Proses penggantian epitel kolumnar oleh epitel skuamosa disebut proses
metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK asli yang menjadi tempat pertemuan
antara epitel skuamosa di daerah transformasi dengan epitel kolumnar. Daerah
yang terjadi akibat proses metaplasia
disebut daerah transformasi. Proses kanker serviks uteri sangat erat
kaitannya dengan proses metaplasia. Masuknya bahan yang dapat mengubah perangai
sel secara genetik (mutagen) pada saat metaplasia dapat menimbulkan sel-sel
yang berpotensi ganas dan perubahan ini terjadi di SSK. Sel yang mengalami
mutasi dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel
yang disebut displasia yang berpotensi menjadi ganas atau akhirnya menjadi
kanker (Sjamsuddin, 1998).
2.2
Penyebab Kanker Serviks
Uteri
Penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya hubungan antara Human Papilloma Virus atau
HPV dengan kanker serviks uteri. Infeksi virus papilloma sering terdapat pada
wanita yang aktif seksua. Menurut Hempling (1996), HPV resiko tinggi adalah HPV
16, HPV 18, HPV 56, tetapi yang paling sering ditemukan pada tes pap abnormal
adalah HPV 16 dan HPV 18. Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kuat
antara Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan resiko kanker serviks
uteri. Frekuensi displasia pada serviks uteri di antara wanita dengan HIV
positif adalah tinggi, yaitu sampai 40%.
2.3
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kanker Serviks Uteri
2.3.1
Umur
Wanita
yang termasuk golongan resiko tinggi untuk terkena kanker serviks uteri
berdasarkan umur adalah wanita yang berumur di atas 40 tahun. Perubahan sel
serviks menjadi kanker memerlukan tahapan mulai tahap diplasia, kanker insitu
hingga invasif, sehingga prakanker menjadi kanker memerlukan waktu puluhan tahun. Mengingat pertumbuhan yang memakan waktu
puluhan tahun, kanker banyak ditemukan pada wanita berusia 40-50. Sedangkan
karsinoma in situ yang termasuk NIS III muncul pada kelompok usia 20-40 tahun,
dengan usia rata-rata terjadinya karsinoma insitu adalah 35 tahun.
2.3.2
Sosioekonomi
Keadaan
sosioekonomi yang rendah meningkatkan resiko untuk terkena kanker serviks uteri
(Kim, 1996). Keadaan sosioekonomi yang rendah kemungkinan berkaitan dengan status gizi dan kekebalan
tubuh. Sosioekonomi berhubungan dengan tekanan ekonomi sehingga jatuh ke dunia
prostitusi, berhubungan dengan kebiasaan seksual, kebersihan genitalia, keadaan
gizi yang penting dalam pembentukan imunitas tubuh dan sebagainya. Selain itu
juga pendidikan merupakan variabel yang penting dalam sosioekonomi dan
pendidikan berpengaruh terhadap kebiasaan higieni (Halimun, 1996). Corral dkk
(1996) menyatakan bahwa pendidikan yang rendah merupakan salah satu factor
resiko untuk mendapatkan kanker serviks uteri. Hal ini juga dinyatakan oleh Kim
(1996) bahwa tingkat pendidikan yang rendah berhubungan secara signifikan
dengan kejadian kanker serviks uteri.
2.3.3
Umur Pertama Kali Menikah
Penelitian
yang dilakukan oleh Achmad dkk (1985) mendapatkan bahwa kanker
serviks uteri stadium lanjut lebih banyak terjadi pada wanita yang menikah
lebih muda. Tambunan (1993) menggunakan variabel hubungan seksual pada umur
muda sebab yang menjadi resiko adalah hubungan seksual pada umur muda. Pada umur
muda keadaan sel-sel serviks uteri tidak tenang karena perubahan–perubahan
hormonal dengan timbulnya menstruasi
kemudian dipicu dengan adanya sel sperma yang berasal dari hubungan
seksual. Menikah pada usia 20 tahun dianggap terlalu muda. Pada kasus kanker
serviks uteri hampir tidak pernah terjadi pada wanita yang belum pernah
melakukan hubungan seksual.
2.3.4
Jumlah pasangan Seksual
Resiko
kanker serviks uteri dipengaruhi oleh jumlah pasangan seksual yang sering
ditunjukan dengan jumlah pernikahan, pisah atau perceraian. Tidak diragukan
bahwa jumlah pasangan seksual memiliki peranan
penting dalam etiologi kanker serviks uteri (Corral, 1996). Penelitian
yang dilakukan oleh Achmad dkk (1995) mendapatkan kanker serviks uteri stadiun
lanjut lebih banyak pada wanita yang menikah lebih dari dua kali.
2.3.5
Paritas
Kanker
serviks uteri sering dijumpai pada wanita yang sering melahirkan. Semakin
sering melahirkan maka semakin besar mendapatkan kanker serviks uteri. Kategori
paritas sering belum ada keseragaman.
Pada beberapa penelitian mendapatkan bahwa wanita dengan anak lebih dari
4 akan mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita kanker serviks uteri (Tambunan, 1993).
2.3.6
Merokok
Faktor
resiko ini mula-mula terlihat dari pengamatan adanya hubungan antara kanker
paru dengan kanker serviks uteri, sehingga timbul dugaan ada hubungan antara
merokok dengan kanker serviks uteri. Diperkirakan produk dari tembakau ini
diserap oleh selaput lendir saluran napas
dan kemudian melalui aliran darah sampai ke epitel serviks uteri.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
bahan seperti nikotin pada getah serviks uteri pada wanita perokok. Bahan ini
bersifat sebagai kokarsinogen dan bersama-sama dengan karsinogen yang telah
ada mendorong pertumbuhan ke arah kanker
(Halimun, 1990). Wanita perokok beresiko 3-14 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan
perokok.
2.3.7
Kontrasepsi Oral
Metode
kontrasepsi oral merupakan faktor resiko untuk mendapatkan kanker serviks
uteri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral dalam
jangka panjang akan meningkatkan resiko mendapatkan kanker serviks uteri.
Sebaliknya, kontrasepsi jenis kondom dan diafragama dapat memberikan
perlindungan (Corral, dkk 1996).
2.3.8
Nutrisi
Faktor
kanker serviks uteri seperti umur, etnik, keadan sosioekonmi, paritas,
kebiasaan merokok dan penggunan kontrasepsi oral dapat juga berpengaruh
terhadap asupan (intake) zat gizi. Asupan zat gizi yang baik akan meningkatkan
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan zat gizi yang rendah seperti vitamin C
dan karoten serta kemungkinan
juga vitamin E dan folat berhubungan
dengan peningkatan resiko kanker serviks uteri (Hempling, 1996).
2.3.9
Kebersihan Genitalia
Pada
wanita yang jarang mandi atau kurang memperhatikan kebersihan genitalianya,
bakteri patogen di vagina akan bertambah sehingga kemungkinan timbulnya
penyakit menjadi lebih besar (Halimun, 1990).
2.4
Gejala Kanker Serviks Uteri
Prakanker biasanya tanpa gejala dan
hanya ditemukan pada waktu pemeriksaan dengan tes pap atau ditemukan secara
kebetulan pada tindakan histerektomi (pengangkatan uterus) karena penyakit
lain. Oleh karena itu gejala kanker serviks uteri biasanya muncul jika penyakit
tersebut sudah dalam stadium lanjut karena kanker serviks uteri jarang menunjukkan gejala pada stadium awal.
Gejala kanker serviks uteri
dapat dibagi menjadi beberapa tahap :
1.
Masa tanpa gejala
Pada masa ini
penderita tidak mengeluh dan tidak merasakan gejala atau keluhan apapun,
padahal sebenarnya penderita sudah menderita penyakit kanker serviks uteri.
Biasanya hal ini terjadi pada kanker serviks uteri stadium dini.
2.
Keputihan
Pada masa ini penderita mengeluh
adanya keputihan yang lama, berwarna kuning, berbau busuk dan kadang-kadang
bercampur darah. Penderita juga sering mengeluh nyeri di daerah pelvis atau
panggul.
3.
Perdarahan
Perdarahan tidak normal dari
kemaluan, perdaraham pervaginam seperti contact bleeding yaitu perdarahan
yang terjadi pascakoitus, haid yang berkepanjangan yang lebih dari 7 hari atau perdarahan
terjadi diantara 2 masa haid, perdarahan sesudah 2 tahun masa postmenopause,
serta perdarahan yang mirip dengan
cucian daging, berbau amis yang biasanya dijumpai pada stadium lanjut.
4.
Rasa nyeri
Rasa nyeri pada umumnya
terjadi pada stadium lanjut. Tetapi rasa nyeri juga dapat timbul karena adanya
infeksi sekunder yang diakibatkan adanya luka di seviks uteri.
5.
Gejala penyakit yang sudah lanjut
Gejala
ini disebabkan karena adanya penyebaran dari sel ganas ke berbagai alat tubuh
yang lain, baik penyebaran langsung, lewat pembuluh darah atau lewat saluran
getah bening. Gejala yang timbul seperti sakit saat miksi, tak bisa miksi,
mengompol, atau miksi berdarah yang terjadi bila sudah ada penyebaran ke
kandung kemih atau saluran kemih, sukar defakasi, defekasi disertai darah atau
defekasi melalui alat kemaluan bila
kanker sudah menjalar ke rektum, timbul gejala kuning bila sudah menjalar ke
hati, batuk darah atau sesak nafas bila menjalar ke paru-paru, kelumpuhan bila
menjalar ke otak dan lain-lain.
2.5
Stadium Klinik Kanker
Servik Uteri
Stadium dalam penyakit ini
adalah seberapa jauh penyakit tersebut telah mengenai serviks uteri maupun penyebarannya. Penentuan
stadium penyakit pada penderita kanker serviks uteri sangat berguna untuk
keperluan pengobatan penderita.
Berdasarkan ketentuan FIGO (Federation
Internationale de Gynecologie et d’Obstetrigue) stadium kanker serviks
uteri dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :
Karsinoma Preinvasif : Karsinoma insitu,
karsinoma intraepithelial
Karsinoma invasif :
Ø
Stadium I : Kanker
terbatas pada serviks uteri (perluasan ke korpus uteri diabaikan)
Ø
Stadium IA : Kanker
serviks uteri preklinis (sebagai contoh : hanya dapat dilihat dengan
mikroskop), disebut juga karsinoma mikroinvasif
(Hempling, 1996).
Ø
Stadium IB : Ukuran
lesi lebih luas daripada stadium IA, baik secara klinis maupun mikrokopis.
Ø
Stadium II : Karsinoma
telah meluas keluar serviks uteri tetapi belum sampai ke dinding panggul. Karsinoma sudah mengenai
vagina, tetapi sepertiga distal masih bebas.
Ø
Stadium IIA : Parametrium
masih bebas
Ø
Stadium IIB : Parametrium
sudah terkena.
Ø
Stadium III : Karsinoma
sudah mencapai dinding panggul dan atau sudah sampai mengenai bagian bawah
vagina, dan atau mengakibatkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
Ø
Stadium IIIA : Invasi
sudah sampai vagina bagian bawah, tetapi tidak ada perluasan ke dinding
panggul.
Ø
Stadium IIIB : Karsinoma
meluas ke dinding panggul dan atau mengakibatkan hidronefrosis dan atau tidak
berfungsinya ginjal
Ø
Stadium IVA : Invasi
ke mukosa vesika urinaria (kandung kemih) atau rektum dan atau meluas keluar
pelvis kecil (true pelvis)
Ø
Stadium IVB : Metastasis
jauh
2.6
Penanggulangan Kanker
Serviks Uteri
Penanggulangan
kanker serviks uteri dengan pencegahan dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan kanker dapat didefinisikan sebagai pengidentifikasian factor-faktor yang menyebabkan timbulnya
kanker dan membuat sebab-sebab tersebut tidak efektif dengan cara apapun
(Sjamsuddin, 1998). Strategi kesehatan masyarakat dalam mencegah kematian
kerena kanker serviks uteri antara lain adalah dengan pencegahan primer
(menurunkan resiko) dan pencegahan sekunder (Skrining dan penyediaan follow-up
yang tepat).
2.6.1
Pencegahan Primer
Pencegahan
primer adalah pencegahan sebelum terjadinya kanker. Pencegahan primer
merujuk pada kegiatan dan langkah yang
dilakukan oleh setiap orang untuk menghindarkan diri dari factor-faktor yang
dapat menyebabkan timbulnya kanker. Pencegahan pada tingkat ini menurunkan
potensi untuk menurunkan angka kematian. Seseorang yang mendapat pencegahan
pada tingkat ini akan bebas dari
penderitaan, keutuhan keluarga tidak terganggu, produktivitas berjalan terus,
tidak memerlukan biaya untuk pemeriksaan, pengobatan, rehabilitasi dan
perawatan lebih lanjut. Terdapat cukup bukti yang diperolehdari variasi
insidens kanker di berbagai golongan masyarakat, negara dan waktu yang
berkaitan, bahwa di banyak negara adalah mungkin untuk mencegah kanker sebanyak
80%. Dalam hal ini masyarakat perlu menerima dan melaksanakan perilaku sehat
yang berkaitan dengan upaya pencegahan kanker (Sjamsuddin, 1993).
Pola
hidup sehat dapat dilakukan dengan membiasakan atau menanamkan kebiasaan makan
makanan yang bergizi tinggi agar daya tahan tubuh tinggi, menghindari merokok,
perilaku seks yang sehat, menjaga kebersihan genetalia yang besar pengaruhnya
terhadap penurunan jumlah bakteri di dalam vagina, perhatian terhadap
kebersihan genitalia pria terutama yang tidak sunat, dan olah raga agar tetap
sehat (Sjamsuddin, 1998)
2.6.2
Pencegahan Sekunder
Pencegahan
kanker serviks uteri dilakukan dengan deteksi dini dan skrining kanker serviks
uteri yang bertujuan untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga kemungkinan
penyembuhan dapat ditingkatkan. Pap smear merupakan upaya pendeteksian dini
kanker serviks uteri. Pap smear adalah
suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang
terjadi pada sel tersebut. Perubahan sel-sel leher rahim yang terdeteksi secara
dini akan memungkinkan beberapa tindakan pengobatan sebelum sel-sel tersebut
berkembang menjadi kanker. Manfaat skrining terbukti dapat menurunkan angka
kematian akibat kanker serviks uteri. Di negara-negara Skandinavia yang sudah
melakukan program skrining sejak pertengahan tahun enam puluhan, angka kematian
kanker serviks uteri turun 50-60% dalam periode 1965-1969 dan 1975-1978,
sedangkan di Kanada insidens turun dari 28,4 menjadi 6,9 per 100.000 wanita dan
mortalitas turun dari 11,4 menjadi 3,3 per 100.000 wanita selama 20 tahun
program skrining (Harahap, 1984).
2.6.3
Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier bertujuan untuk mencegah komplikasi penyakit dan atau pengobatan
sesudah gejala klinis berkembang dan diagnosa sudah ditegakkan. Tindakan
pengobatan kanker serviks uteri secara umum ada 3 macam, yaitu tindakan operasi
dengan pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
1.
Operasi
Pada karsinoma insitu dan kanker serviks uteri
mikroinvasif, tumor dibuang dengan cara konisasi, koagulasi atau histeroktomi.
Operasi radikal merupakan pilihan pada kanker serviks uteri yang masih operabel
atau awal, yaitu kanker serviks uteri
invasif stadium I sampai stadium IIA ( Harahap, 1984)
2.
Radiasi
Radiasi atau penyinaran digunakan untuk pembatasan cacat
pada kanker serviks uteri stadium lebih lanjut
walaupun radiasi juga dapat digunakan untuk semua jenis stadium
(Harahap, 1984).
3.
Kemoterapi
Kemoterapi biasanya digunakan untuk terapi tambahan pada
kanker serviks uteri stadium lanjut.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Kerangka Konsep
Human Papillomavirus
Merokok
Nutrisi Kanker
serviks uteri
Kebersihan
genitalia
Umur
Tingkat pendidikan
Paritas
Umur pertama kali berhubungan
seksual
Jumlah
pasangan seksual
Penggunaan
kontrasepsi oral
Faktor genetik
3.2.
Definisi Operasional
No.
|
Variabel |
Keterangan |
Kategori |
Jenis |
1.
|
Kejadian
kanker
serviks
uteri
|
|
1.
Menderita kanker serviks uteri
2.
Tidak menderita kanker serviks
uteri
|
Nominal
|
2.
|
umur
|
Umur
responden saat diwawancara
|
1.
40 tahun
2.
40-50 tahun
3.
.50 tahun
|
ordinal
|
3.
|
Tingkat
pendidikan
|
Tingkat
pendidikan formal responden yang telah ditempuh responden.
Sumber : Dinkes UU Tahun 1989
|
1.
Tidak sekolah
2.
Tidak tamat SD
3.
4.
Tamat SLTP
5.
Tamat SLTA
6.
Tamat Akademi/PT
|
ordinal
|
4.
|
Paritas
|
Jumlah
Persalinan yang pernah dialami oleh
responden baik lahir hidup maupun lahir mati.
Sumber:
Savemotherhood, WHO
|
1.
> 3 orang
2.
<3 orang
|
Nominal
|
5.
|
Riwayat
pengobatan
|
Riwayat
mengenai tindakan pengobatan responden sehubungan dengan penyakit kanker
serviks uteri dengan cara operasi, radiasi dan atau kemoterapi.
|
1.
ada
2.
Tidak ada
|
Nominal
|
6.
|
Pemakaian
alat kontrasepsi
|
1.
memakai alat kontrasepsi
2.
Tidak memakai alat kontrasepsi
|
Nominal
|
|
7.
|
Umur
pertama kali melakukan hubungan seksual
|
Umur
pertama kali melakukan hubungan seksual baik dalam ikatan perkawinan maupun
di luar ikatan perkawinan.
|
|
Nominal
|
8.
|
jumlah
pasangan seksual
|
banyaknya
jumlah pasangan yang pernah menjadi
pasangan responden, baik dalam ikatan perkawinan maupun di luar ikatan
perkawinan
|
|
Nominal
|
9.
|
Faktor
genetik
|
Riwayat
keluarga atau saudara dari pihak
ayah/ibu responden yang pernah atau
sedang menderita kanker serviks uteri dan mendapat pengobatan secara medis
atau pengobatan alternatif lainnya.
|
|
Nominal
|
3.3.
Desain Penelitian
Penelitian
ini termasuk dalam jenis penelitiananalitik yang bertujuan untuk
memperoleh penjelasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Adapun metode yang digunakan adalah observasional dengan pendekatan “case
contriol” dimana subyek telah mempunyai kesudahan outcome tertentu, lalu
dilihat ke belakang (back ward) tentang riwayat status paparan penelitian yang
dialami oleh subyek.
3.4.
Hipotesa
a.
Ada hubungan antara umur dengan kejadian
kanker serviks uteri
b.
Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
kejadian kanker serviks uteri
c.
Ada hubungan antara paritas dengan kejadian
kanker serviks uteri
d.
Ada hubungan antara umur pertama kali
melakukan hubungan seksual dengan kejadian kanker serviks uteri
e.
Ada hubungan antara jumlah pasangan seksual
dengan kejadian kanker serviks uteri
f.
Ada hubungan antara penggunaan alat
kontrasepsi oral dengan kejadian kanker serviks uteri
g.
Ada hubungan antara faktor genetik dengan
kejadian kanker serviks uteri
3.5.
Populasi dan Sampel
3.5.1.
Populasi
Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang
datang dan dirawat inap di Ruang IRNA
kelas III di bagian Obgin, lantai II RSDK Semarang yang didiagnosa sebagai
kanker serviks uteri secara hispatologis dan pasien non kanker serviks
uteri.Pada Bulan November 2003 tercatat
sebanyak 90 pasien yang dirawat di ruang tersebut. Populasi ini dikelompokkan
menjadi kelompok kasus dan kelompok kontrol.
a.
kelompok kasus : Pasien dengan positif kanker serviks uteri
yang didiagnosa secara klinis, hispatologi dan telah mendapatkan pengobatan.
b.
Kelompok kontrol : Pasien yang
tidak menderita kanker serviks uteri berdasarkan hasil secara hispatologi pada
minggu, bulan dan waktu yang sama.
3.5.2.
Sampel
1.
Ukuran sampel studi kasus kontrol
p= Proporsi paparan pada populasi tidak sakit (kontrol)
p= proporsi paparan pada populasi sakit (kasus)
=
dengan
asumsi OR = 3,5
=
= 0,76
= 1-
= 0,53
=1-
=
0,24
= Nilai pada distribusi normal standar yang sama
dengan tingkat kemaknaan (=0,05 untuk uji dua arah sebesar 1,96).
= Nilai pada
distribusi normal standar yang sama dengan kuasa sebesar yang diinginkan (kuasa
sebesar 80 % maka adalah 0,84).
n(kelp) =
= 40,19 ≈40
2.Cara
pengambilan data
Kelompok kasus : Mendatangi ke rumah penderita kanker serviks
uteri yang pernah mendapat pengobatan dan di rawat inap di salah satu ruang
inap di RSDK Semarang berdasarkan data yang diperoleh pada bagian rekam medik
RSDK dan bertempat tinggal di Semarang .
Kelompok kontrol : Mendatangi orang yang tidak
menderita kanker serviks uteri tetapi menderita kanker lainnya berdasarkan data
yang diperoleh pada bagian rekam medik RSDK yang dicocokan dengan tempat
pengobatan, waktu dan tempat tinggal (bertempat tinggal di Semarang ). Kelompok kontrol diambil dengan
perbandingan 1: 1 dengan kelompok kasus. Pengambilan kelompok kontrol dengan sampel random sampling (SRS)
3.6.
Instrumen Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep dan definisi
opeasional penelitian, kemudian disusun suatu instrumen untuk menjawab
permasalahan penelitian. Alat pengambil data yang digunakan dalam hal ini
adalah kuesioner
3.7.
Cara Pengumpulan Data
1.
data primer
Data yang dikumpulkan dengan cara wawancara kepada
responden (penderita kanker
serviks uteri). Responden diperoleh dari catatan medik RSDK.
2.
data sekunder
Data sekunder dikumpulkan dengan cara mencari data-data dari dinas
kesehatan, rumah sakit dan sektor terkait yang digunakan untuk melengkapi data
primer dan isi laporan penelitian.
3.8.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS. Sebelum dilakukan
pengolahan data, dilakukan pentahapan sebagai berikut :
a.
Editing
Langkah
ini dilakukan untuk mengecek kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data
sehingga validitas dapat terjamin.
b.
Koding
Setelah
dilakukan editing akan dilakukan pengkodean data untuk memudahkan pengolahan.
c.
Entri data
Langkah ini dilakukan dalam rangka pemasukan data ke
dalam komputer.
d.
Tabulating.
Langkah
ini untuk mengelompokkkan data ke dalam suatu data tertentu menurut sifat-sifat
yang dimiliki sesuai dengan tujuan penelitian.
3.9.
Analisis Data
1.
Analisis Univariat
Merupakan analisis pada masing-masing variabel
penelitian yang digambarkan dengan distribusi frekuensi dan proporsi.
2.
Analisis Bivariat
Analisi bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan du variabel yaitu
variabel bebas dengan variabel terikat.
a.
Analisis untuk membuktikan kebenaran hipotesa dengan uji statistik . Yaitu dengan menguji hubungan antara masing-masing
karakteristik invidu terhadap kejadian kanker serviks uteri. Uji Chi-Square
tabel 2x2 digunakan untuk menyajikan
proporsi kasus dan kontrol pada masing-masing karakteristik.
Rumus uji statistik tabel 2X2
=
Keterangan :
= nilai yang diperoleh
dari hasil perhitungan
a = Jumlah kasus dengan karakteristik individu
b = Jumlah kontrol dengan karakteristik individu
c = Jumlah kasus dengan karakteristik individu
d = Jumlah kontrol dengan karakteristik individu
Interpretasi
ditoalak bila
probabilitas0,05 yaitu terdapat hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat pada = 0,05, sedang bila probabilitas > 0,05 maka diterima yang berarti tidak terdapat hubungan antara
variabel bebas dengan variabel terikat.
b.
Besarnya RR
Print estimate dan confidence interval 95% untuk menghitung odds ratio
digunakan tabel 2x2 yaitu
E+ E -
kasus a b = a + c
kontrol c d = c + d
total
= a + c = b + d
Selanjutnya perhitungan odds ratio diperoleh dengan rumus OR =
Interpretasi :
Hasil perhitungan yang diperoleh menyatakan bahwa wanita yang memakai
alat kontrasepsi akan mempunyai resiko sekian X lebih besar untuk menderita
kanker serviks uteri. Demikian pula untuk karakteristik lainnya yang diteliti.
KUESIONER
PENELITIAN
Karakteristik Individu Dengan Kejadian Kanker Serviks
Uteri Pada Penderita Kanker Serviks Uteri Di RSDK Semarang 2003
I.
Karakteristik responden
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
4. Pekerjaan : 1. PNS/TNI
II. Status Perkawinan
- Bagaimana status perkawinan anda ?
1. menikah
2.
belum menikah/tidak
menikah (langsung ke no. 15)
- Berapa jumlah pernikahan (pasangan) yang pernah anda alami ?
- < 2 Kali
- >2 kali
- Berapa umur Anda ketika pertama kali melakukan hubungan seksual?
- < 20 tahun
- > 20 tahun
III. Pemakaian alat kontasepsi
- Apakah Anda mengikuti program KB
- ya
- tidak (langsung ke no. 15)
- Jenis alat kontrasepi yang Anda pakai saat ini ?
- hormonal (pil Kb, suntik)
- nonhormonal (susuk, AKDR)
- Sudah berapa lama Anda memakai alat kontrasepsi ?
- < 10 tahun
- > 10 tahun
- Apakah Anda hanya memakai satu jenis alat kontrasepsi selama ini ?
- ya
- tidak
- Jika ya, sebutkan………
IV. Paritas
15. Berapakah
jumlah paritas yang pernah anda alami ?
1. >3 orang
2. < 3 orang
V. Riwayat Pengobatan
16. Pernahkah Anda melakukan pengobatan sehubungan dengan penyakit
Anda ?
1.
pernah
2.
tidak pernah (langsung ke no. 18)
17. Pengobatan
yang pernah Anda lakukan ?
1.
operasi
2.
radiasi
3.
kemoterapi
4.
lainnya……..
Faktor genetik
18. Riwayat
keluarga yang terkena kanker
5.
ada
6.
tidak ada (Langsung ke no.20)
19.
Jenis kanker apa yang pernah diderita oleh anggota keluarga Anda?
1.
kanker serviks uteri
2.
kanker payudara
3.
kanker ovari
4.
lainnya…………..
II. Merokok
20. Apakah anda
perokok ?
1. ya
2. tidak (selesai)
21. Sudah berapa
lama Anda menjadi perokok ……….
22. Berapa
batang dalam sehari rokok yang Anda habiskan…….
23. Pernahkah
Anda mencoba berhenti merokok?
- ya
- tidak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar