PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG MASALAH
Pasar modal di Indonesia baru ada pada tahun 1912 yakni denganberdirinyaBursa Efek
di Jakarta (Batavia). Sejak pendiriantersebulsampai tahun 1977 aktivitas Bursa Efek
Jakarta (BEJ)belum begitu menonjol.Pemerintah mengaktifkan kembaliBEJpadatahun1977 yang ditandai dengan go public-nyaPT Semen Cibinong dan berdirinyaPT Danareksayang telahmengeluarkan sertifikat Danareksa.Usahatersebut masih belummenunjukkan dampak yang berartiterhadap perkembangan pasar modal di
Indonesia, terbukti dengan masihsedikitnyaperusahaan yangmendaftarkan sahamnyo di BEJ.
Usahapemerintah
tersebutdilanjutkan
dengan
paket
deregulasiyang
dikenal
denganpaket
Desember
(Pakdes)
1987, paketOktober
(pakto)
1988 dan paket
Desember (pakdes)
1988. Dengan paket‑paket tersebut pasar modal di Indonesia mengalami
perkembangan
pesat.
Sampaidengan
periode
1988‑1991 jumlahsahamyang
diperdagangkanmeningkatdari
57,7 jutalembar
saham
dengan
nilai
kapitalisasipasar
Rp
12 milyar
menjadi
3,7 milyarlembar
dengan
nilai
pasar
Rp
l6,4 Triliyun
(Hasan
Zein Mahmud, 1992: hal.20).
Pasar modal merupakan tempatkegiatan perusahaan dalam rangkamencari danauntuk pembiayaanusahanya. Selain itu pasar modal, merupakan suatu usaha ke arah penghimpunan danadengan mengikutsertakanmasyarakat secaralangsungdengan caramenanamkan dananyakedalamperusahaanyang sehat dan baikpengelolaannya.
2.
Pemodal wiraswastayangbersangkutan dapat menarik sebesar‑besarnya dari cara pengelolaan danaoleh para profesionaldemi keuntungan dirinyasendiri
3.
Dengancaramembagi resikopenanaman modal pada
beberapajenis sertifikat makaakan terdapatpersentase keuntungan yang cukupbermanfaat bagi pengembangan usahanya.
¨ Sejauh mana analisis kelayakan harga saham dapat menjadi
petunjuk bagi para pemodal untuk membeli atau menjual saham.
¨ Sejauh mana pengaruh faktor fundamental dan resiko ekonomi
terhadap penentuan return awal saham.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan
untuk:
1.
Menganalisis apakah faktor fundamental (ROA dan PBV) dan resikoekonomi(inflasi dan nilai tukar) secara bersama‑sama berpengaruh terhadap return saham.
3.
Untuk menganalisis seberapa besarkontribusi faktor‑faktor fundamental danresiko ekonomi mampu menjelaskan return saham.
BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Konsep-Konsep Dasar
2.1.1
Investasi Saham di Pasar Modal
Investasi
dapat diartikan
sebagaikegiatan
menanamkan
modal baiklangsung
maupun
tidak
langsung,dengan
harapan
padawaktunyanantipemilik modal mendapatkan
keuntungan
darihasil penanaman
modal tersebut.Investasi
dalam
arti
luas
terdiri dari
2(dua) bagian
utama
,
yaitu
investasidalam
bentuk
aktiva
riil
(real assets) dan investasi dalam
bentuk
surat berharga(marketable securities atau financial assets). Akfivariiladalah
aktiva
berujudseperi emas,perak,
intan,
barang‑barangseni,
dan real
estate. Sedangkan
aktivafinansial
adalahsurat‑surat
berhargayang
merupakan
klaim atasakfiva riil.
Salah satu
alternatif'
investasi
di pasarmodal adalah
saham.
Investasi
dalam
bentuksaham sebagai investasi jangkapendek dan investasi jangkapanjangtergantung daritujuanpembeliannya.Investasi
dalambentuk
saham
yangdikelompokkan
sebagai
investasi
jangkapanjang
biasanyadilakukan
denganberbagai
tujuan
(Zaki
Baridwan,
1992: hal.231) yaitu(1) untuk mengawasiperusahaan
lain, (2) unluk memperoleh pendapatan
yang
tetap
setiap
periode,
(3) untuk
membentuk suatu dana khusus, (4) untuk menjamin
kontinuitas
suplaibahan
baku, (5) untuk menjaga hubungan antar perusahaan.
Investasi di pasar modal akanmemberikan berbagai keuntungan bagipemegang saham yaitu antaralain kemungkinan memperoleh capital gain, memiliki hak prioritas untuk membelibuktirightyang dikeluarkan perusahaan,kemungkinan memperoleh deviden,kemungkinan memperoleh hak atassaham bonus, waktu pemilikan takterbatas dan berakhir
padasaat menjualkembali saham, dan membeli hak suaradalam rapat umum pemegang saham.
Pada umumnya parapemegang modalyang rasional mengambil keputusanmembeli atau menjual saham didasarkanpada hasil analisis kelayakan hargasaham. Analisis yang dilakukan parapemodal sesuai dengan informasi yangmereka terima. Dalam hal penilaian hargasaham ada beberapa pedoman yangdapat dikemukakan. Pertama, bila hargasaham melampui nilai intrinsik sahamsebaiknyadilakukan penjualan saham,sebab kondisi seperti ini pada masa yangakan datang,besar kemungkinan terjadikoreksi pasar. Kedua,
bilahargasaham sama dengan nilai
instrinsiknya makatransaksi pernbelian atau penjualan tidakdilakukan. Ketiga, bila harga saham lebihkecil dari nilai instrinsiknya sebaiknyadilakukan pembelian sebab besarkemungkinan dirnasayang akan datangterjadi lonjakan harga saham.
Analisis teknis dapat didefinisikan sebagai suatupenggunaan pasar spesifik untukmenganalisis sebuahsaham invidualdari
seiumlah saham di bursa. Analisisteknis ini biasapuladisebut analisis internal atau analisis pasar (market or intemal analisis), karenapenggunaancatatan‑catatan harga pasar saham itusendiri berusahauntuk menilaipermintaan dan penawaran suatusaham. Analisis teknikal ini didasaripadadata pasar yang telahdipublikasikan, termasuk laporankeuangan. Data pasar tersebutmeliputi pulahargasaham atau indekshargasaham, volume perdagangan dan sebagainya. Tujuan analisis teknisadalah memprediksi pergerakan‑pergerakan hargasaham individu atausejumlah saham di pasar dalamjumlah waktu yang relatif pendek.
Analisis teknis secara rasionalmenyatakan
bahwanilai
suatu
sahammerupakan
fungsi
dari
permintaan
dan penawaran
saham.
Jadi
pendekatan
inimenekankan
padaperilakuhargasaham
dan mungkin jugavolume ( trading )yang
timbul
daripermintaan
dan penawaran
yang
akanmenentukan
hargasaham
dimasamendatang.
Pendekatan
inimemusatkan
perhatian
investor padapergerakan
hargasaham
dan menarikkesimpulan dari
kecenderungan
(trend) gerakan
hargatersebut
untuk
meramaltingkathargayang akan datang.Dengan
demikianpenganut inimembuat
strategi
maupun
teknisanalisis berdasarkan
hargasaham.Pendukung pendekaton analisis teknik sering disebut
Chartists.Para Chartist
beranggapan 90% pasar
modal melakukan transaksi
berdasarkan psikologidan 10% berdasarkan
logika.
Dalam
analisis teknikal
yangdilakukan dengan analisis sahamberdasarkan
pada informasi dari luarperusahaan
umumnya mempertimbangkan kondisi negara, seperti kondisiekonomi, politik, dan finansial suatuNegara.Analisis teknikal
dapat diukurberdasarkan risiko negara yang terdiri dari3 risiko yaitu: political
risk, financial risk,daneconomi
risk (Claude et. al, 1996).
Risiko
ekonomi terdiri dari
6 faktor yaitu: (1) tingkat inflasi, (2) utang jasa yang diukur dari prosentase ekspor barang dan jasa, (3) rasiolikuiditas internasional,(4)pengalaman perdagangan internasional, (5) neraca berjalan yang diukur dariprosentase barang dan jasa, dan (6) indikator nilai tukar. Adapun bobot
dari masing‑masing faktor dalamekonomi adalah sebagai berikut:tingkat inflasi
(20%), utang jasa yang
diukur dari
prosentase ekspor barang dan jasa (20%), rasio likuiditas internasional (10%),pengalaman perdagangan internasional (10%), neraca berjalan yang diukur dari
prosentase barang dan jasa (30%), dan nilai tukar diberibobot
10% (Claude et al. 1996: pp.31). Dalamhalini,risiko ekonomi yang digunakan adalah tingkat inflasi dan nilai tukar. Keduafaktor
dalam risiko ekonomi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Inflasi merupakan proses kenaikan harga‑harga umumbarang‑barang secara terus‑menerus. Kenaikan harga tersebut diukur denganmenggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur ini antara lain: (1) indeks biaya hidup (consumer price index), (2) indeks harga perdagangan besar (Wholsalepriceindex), dan (3)
GNP deflator.
Indeks biaya hidup mengukur biayaatau pengeluaran untuk membeli sejumlahbarang dan jasa yang dibeli oleh rumahtangga
untuk keperluan hidup. DanGNP deflator mencakup jumlah barang dan jasayang masuk dalam perhitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak daripada indeks biaya hidup dan indeksperdagangan besar. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal(atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). Dari ketigajenis inflasi tersebut, yang digunakansebagai proxy dalam penelitian ini adalah indeks biaya hidup (consumer price index). Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatuperusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Dengan demikian
dapat dirumuskan bahwa
inflasimemiliki hubungan yangnegatif dengan return saham.
Nilai
tukar mata uang (exchange rate) atau
sering disebut sebagai kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kursmerupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi neracatransaksi berjalan maupun varibel-variabel makroekonomi yang lainnya.
Adadua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai
tukar (exchange
rate) yaitu pendekatan moneter (monetary
approach) danpendekatan
pasar asset (asset market approach). Pada pendekatan moneter, nilai tukar didefinisikan sebagai harga dimana mata uangasing (foreign currency / foreign money) diperjualbelikan terhadap mata uang domestik (domestic currency / domestic money)
dan hargatersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Kontribusi perubahan nilai tukar terhadap keseimbangan penawaran danpermintaan uang digunakan hubungan absolute
purchasing power parity (PPP)yang merupakan keseimbangan antara harga domestik Pdan konversi kurs valuta asing ke dalam mata uang domestik eP* dengan rumusan P = eP* atau e = P1 P* (Batiz and
Batiz, 1985:
pp. 473).
Dalam transaksi valuta asing
dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kursberjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal adalahtransaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayarandan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut.Sedangkan transaksi berjangka (forward
transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru.berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam tulisanini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate).
Nilai
tukar mata uang atau kurs antara Rp/ US$ pada dasarnya sama dengan jumlah rupiah tertentu yang diperlukanuntuk memperoleh US$1. Simbol yang biasa digunakan untuk menyebut kurs adalah R. Dengan demikian rumuskurs adalah R = Rp/ US$;
jika R = Rp/ US$ = 9500, berarti kita memerlukan Rp 9500 untuk membeli US$1.
Kurs juga dapat didefinisikan sebagai harga 1 unit mata uang domestik dalam satuan valuta asing. Definisi inimerupakan kebalikan atau rumus resiprokal dari definisi di atas; sehingga harga rupiah dalam satuan US$ dirumuskan sebagai: 1/ R = 1 / 9500
= 0.000105263. Ini berarti US$
0.000105263 nilainya sama dengan Rp 1
(Salvatore, 1997: pp. 13). Dalam
tulisanini yang digunakan adalah rumusyang kedua (1 / R), karena dengan rumus resiprokal ini dapat dihitung besarnya apresiasi ataupun depresiasi rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat.
Melemahnya
nilai tukar domestik
terhadap mata uang asing
(seperti rupiah terhadap dollar)
memberikan pengaruhyang negatif terhadap pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik. Dengan demikian secarateoritis, inflasi memiliki hubungan negatif dengan return saham.
Hasil penelitian yang menghubungkan antara
inflasi dengan harga return sahamjuga menunjukkan bukti yang berbeda‑beda (Christianta PYM, 1996; Adler Manurung, 1994; Indi Sutopo &Sudarto, 1999; Enny Pudyastuti, 2000; dan Claude et al.,
1996). Demikian pula hasil penelitian yang menghubungkan nilai tukar dengan harga atau returnsaham (Setyorini &Supriyadi, 2000; Adler Manurung, 1994; Christianta PYM, 1996; dan Claude et al., 1996). Berdasar bukti empirisyang berbeda tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menghubungkan antara faktor fundamental dan risiko ekonomi terhadap harga atau return saham.
Analisis Fundamental merupakananalisis yang berhubungandengan faktor fundamental perusahaan yangditunjukkan dalam laporan keuanganperusahaan. Atas dasar laporan keuangan,para investor dapat melakukan penilaiankinerja keuangan perusahaan terutamakeputusan dalam hal melakukan investasi.Bagi para pemilik atau pemegang sahambermanfaat untuk melihat tingkat kembalianyang tercermin dalam laporan rugi laba danbesarnya dividen yang menjadi hak parapemegang saham.
Analisis rasio merupakan bentuk ataucara yang
umum digunakan dalamanalisis laporan finansial. Rasio merupakan alat
yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut Untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang
satu dengan faktor yang
lain dari suatu laporan finansial. Rasio dapat dihitung berdasarkan financial
statement yang terdiri dari neraca (balance sheet) danrugi‑laba
(income statement). Manfaatanalisis
rasio pada dasarnya tidak hanyaberguna bagi kepentingan
intern perusahaanmelainkan
juga bagi
pihak luar. Dalam hal
iniadalah calon
investor atau kreditor
yangmenanamkan dananya dalam perusahaanmelalui pasar modal dengan cara membelisaham perusahaan
yang go public. Bagimanajer finansial, dengan menghitung rasio‑rasio tertentu akan memperoleh suatuinformasi tentang kekuatandan kelemahanyang
dihadapi oleh
perusahaan
di
bidangfinansial,sehingga
dapat
membuatkeputusan-keputusan yang
penting bagikepentingan
perusahaan
untuk
masa yangakan datang.
Sedangkan
bagi investor, ataucalon investor atau calonpembelisahammerupakan
bahan pertimbangan
apakahmenguntungkan untuk membelisahamperusahaan
yang bersangkutan
atau
tidak(Syafaruddin
Alwi, 1994: pp. 108).
Rasio keuangan dapat dikelompokkandalarn. 5 jenis yaitu: rasio likuiditas(liquidity ratio), rasio aktivitas, rasio rentabilitas (profitability ratio), rasio solvabilitas, dan rasio pasar (Robbert Ang 1997: pp. 18.23). Dalam halinidigunakan dua rasio keuangan yaitu return
on assets (salah satu rasio profitabilitas) dan price
to book value (salah satu rasio pasar). Kedua rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Return on Assets (ROA) merupakan
salah satu rasio
profitabilitas yang mengukur efektifitas
perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA sering
disebut sebagai return on investment.(R0I) yang besarnya dapat
dihitung dengan
formula sebagai berikut :
Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakandalam menilai kinerjaperusahaan..Semakin besar ROA, maka kinerjaperusahaan tersebut semakinbaik, karenatingkat kembalian (return) semakin besar. Konsekuensinya, ROI yang meningkatakan meningkatkan return saham.
Price
to Book value (PBV )
SedangkanPrice
to Book value (PBV ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
kinerja harga pasar terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan
baik, umumnya rasio PBV-nya mencapai diatas satu yang menunjukkan bahwa nilai
pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula :
PBV
= Ps
BVS
PBV
adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin
besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal ( investor
) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
Meskipun secara teoritis ROA
dan
PBV
memiliki
pengaruh
yang positif terhadap
return saham, beberapa
bukti empiris
sering kalimenunjukkan hasil
yang tidak sejalan. Hasil‑hasil penelitian
sebelumnya
yang menghubungkan antara
faktor fundamental (ROA dan PBV)dengan return
saham menunjukkan
hasil yang berbeda‑beda (Rina Trisnawati, 1999; Syahib Natarsyah, 2000; Silalahi, 1991;
Sugeng Sulistiono,
1994, Sulaiman, 1995 dan
Leki Rofinus, 1997). Demikian
pula penelitian
yang menghubungkan
antara PBV denganharga atau return
saham juga menunjukkan bukti yang berbeda‑beda
(Ferson &Harvey,
1996; Claude et al, 1996; Siddharta
Utama &AntoYulianto, Budi Santoso,
1998).
Dalam analisis fundamental ini mengansumsikan adanyabeberapa saham yang mempunyai nilai intrinsik atau nilai tetap (true
value) seperti yang diperkirakan investor. Nilai intrinsik ini tergantung pada kemampuan menghasilkan laba(potensial earning). Kemampuan menghasilkan labaakan dipengaruhioleh beberapafaktor, antaralain mutumanajemen, suku bunga, rata‑ratadan prospek industrisejenis, prospek ekonomi dan sebagainya. Jadinilai teoritis inidalam praktiknyasering berbedadengan nilai aktualseperti halnyadengan harapan yang tidak selalu menjadi kenyataan.
Implikasi yang dapat djelaskan antara nilai intrinsik dengan harga sahampadasaat ini(current market price )adalah :
a.Jika nilai intrinsik lebib besar daripadaharga pasar saham saat ini, makasaham tersebut adalah undervalued dan sebaiknyadibeli atau tetap disimpan/ditahan jika dimiliki.
b.Jika nilai intrinsik lebih kecil daripadahargasaham saat ini, makasaham tersebutovervalued dan sebaiknyadihindari, dijual bila dimiliki.
c. Jikanilai intrinsik samadengan hargapasar saham saat ini berarti terjadikeseimbangan dimana sahamtersebut mempunyui
nilai
yang wajar (correctlyvalued).
Dengan analisis fundamental
yangmendalam dan menyeluruh atas kondisisuatu perusahaan emiten, investorakan memilih manasaham yang dinilai rendah dan manasahamyang dinilaiterlalu‑tinggi.
Untuk menganalisis dan menyeleksi tersebut, investor dapat menggunakan beberapa analisis, diantaranya : (1)analisis ekonomik,
(2) analisis industri, dan (3) analisis emiten.
Menganalisis kondisi perekonomian suatu negara dan pengaruhnyaterhadap perkembangan pasar modal. Secarakeseluruhan analisis ekonomik ini meliputi:
Dalamanalisis ini diharapkan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negaramakaperkembangan hargasaham akan menunjukkanpeningkatan yang positif. Sebaliknyaapabila pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah akan menimbulkan kelesuan
pasar modal yang ditandai dengan rendahnyavolume
perdagangan saham, hargasaham cenderung turun dan perusahaan yang go public relatif
sedikit.
Tingkat.inflasi dan tingkatsuku bungamempunyai pengaruhyang negatif terhadapperkembangan pasar modal. Suatu negara
dengan tingkat inflasi yang tinggi mengakibatkan memburuknyasituasipasar modal. Namun
sebaliknyatingkatinflasi yang semakin turun makapasar modal semakin berkembang. Hal samaterjadi pada tingkat suku bungadeposito, karena deposito adalah salah satu alternatif keputusan investasiyang merupakan produk substitusi dari pasar modal. Apabilarata‑rata tingkat bungadeposito jauh lebih tinggi daripadatingkat deviden saham makapasar modal
sulitberkembang.
Kebijakan pemerintah mempunyai pengaruhlangsung atautidak langsung terhadap perkembangan pasar modal. Adanyapaket‑paket deregulasi seperti paket deregulasi bulan juni 1983
yang memberikan kebebasan kepada bank‑bank untuk menetapkan tingkatsuku bungamenyebabkan meningkatnyasuku bungadeposito sehinggainvestasipadadeposito menjadi lebih menarik dibandingkan saham. Dengan dikeluarkannyapaket deregulasi oleh pemerintahdi bidang pasar modal padabulan Desember 1987 (pakdes'87) yang menyangkutpenyederhanaan dan . persyaratan dan proses emisi sertadibukanyakesempatan bagi investor
asing untuk membeli danmemiliki saham sertapenyederhanaan prosedur perdagangan di bursa merupakan kebijakan pemerintahyang strategis dalammengembangkon pasar modal. Pakto' 87 yang memuat ketentuan pengenaan pajak 15% atas bungadeposito dan penurunan batas likuiditas(RR) dari15% menjadi 2% secaratidaklangsung mendorong mengalirnyainvestasi ke pasar modal.
Pakdes'88, menitikberatkan usahauntuk lebihmemasyarakatkanpasar modal dan menyebarkan pemilikanperusahaanke masyarakatluas, Pakdes 1988
memberikan kesempatan kepadapihak swastauntuk menyelenggarakan bursa efek di beberapa kota diluar Jakarta. Disamping itu jugapakdes'88 memperkenalkan calon emiten untuk menerapkansistem perusahaanterdaftar (Iisted company)
selain sistem saham terdaftar (listedshared).
Rangkaian deregulasi menunjukkan tekad pemerintah untuk mengembangkan pasar modal sebagai salah satualternatif peluasan investasi, dan nampaknyausahapengembangan pasar modal masih akan terus berlanjut.
Dalam analisis ini diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai sektor utama aktivitas ekonomi yangmempengaruhi jenis industri tertentu. selain itu perlu puladiketahui kekuatan dan kelemahan jenis industri tertentu.Jenis industri yang dimaksud adalah sekolompok perusahaan produktif yang mempunyai struktur teknologi yang samadanmenghasilkan barang atau jasa yang dapat saling mengganti. Beberapakarakteristik penting yang perludipertimbangkan analisisefek seperti penjualan dan laba, permanensi industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadapindustri, kondisi perburuan dan terhadap industri, kondisi perburuan danindustri, kondisi persaingan dan hargasahamperusahaan industriyang sejenis. Dalam analisis ini ditunjukkan untukmenganalisis sektor‑sektor yang mempunyai prospek cerah. Hasil analisis sektor ini merupakan salah satupertimbangan dalam memilihsaham yang akan dibeli yaitu saham‑saham perusahaan yang bergerak pada sektoryang mempunyaiprospek cerah.
Analisis perusahaan yang mengeluarkan saham(emiten) merupakan unsur penting dalam pendekatan fundamental, karenainformasi dariperusahaan yang dianalisis inilah yang dapat mengungkapkan performance perusahaan.Informasi yang dapat diperoleh berupainformasi intern dan ekstern, baik berupa perusahaan emiten itu sendirimaupun daripihak lainnya. Informasi tersebut seperti laporan tahunan dan laporan intern yang didalamnyaterdapatlaporan keuangan periode tertentu. Selain laporan keuangan dapat dianalisis lebihmendalam mengenai likuiditas ,solvabilitas dan rentabilitas perusahaan. Disamping informasi akuntansi, investor jugamemerlukan informasi yangsifatnyaekspektasi (forecasting).
Kebutuhan informasi ini didasarkan padapertimbangan bahwaharga sahamditentukan antaralain oleh kinerja perusahaan dimasalampau dan ekspektasi dimasayang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar