Rabu, 25 April 2012


PENDAHULUAN
1.1.  LATAR BELAKANG MASALAH
Pasar modal di Indonesia baru ada pada tahun 1912 yakni denganberdirinyaBursa Efek di Jakarta (Batavia). Sejak pendiriantersebulsampai tahun 1977 aktivitas Bursa Efek Jakarta (BEJ)belum begitu menonjol.Pemerintah mengaktifkan kembaliBEJpadatahun1977 yang ditandai dengan go public-nyaPT Semen Cibinong dan berdirinyaPT Danareksayang telahmengeluarkan sertifikat Danareksa.Usahatersebut masih belummenunjukkan dampak yang berartiterhadap perkembangan pasar modal di Indonesia, terbukti dengan masihsedikitnyaperusahaan yangmendaftarkan sahamnyo di BEJ.
 Usahapemerintah tersebutdilanjutkan dengan paket deregulasiyang dikenal denganpaket Desember (Pakdes) 1987, paketOktober (pakto) 1988 dan paket Desember (pakdes) 1988. Dengan paket‑paket tersebut pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan pesat. Sampaidengan periode 1988‑1991 jumlahsahamyang diperdagangkanmeningkatdari 57,7 jutalembar saham dengan nilai kapitalisasipasar Rp 12 milyar menjadi 3,7 milyarlembar dengan nilai pasar Rp l6,4 Triliyun (Hasan Zein Mahmud, 1992: hal.20).
Pasar modal merupakan tempatkegiatan perusahaan dalam rangkamencari danauntuk pembiayaanusahanya. Selain itu pasar modal, merupakan suatu usaha ke arah penghimpunan danadengan mengikutsertakanmasyarakat secaralangsungdengan caramenanamkan dananyakedalamperusahaanyang sehat dan baikpengelolaannya.
Manfaat Pemilikan saham atauobligasibagi pemodal (Sumartono, 1990: hal. 22‑123) antaralain:
1.      Dana modal akan berkembang secaramantap mengikuti perkembangansituasi ekonomi.
2.      Pemodal wiraswastayangbersangkutan dapat menarik sebesar‑besarnya dari cara pengelolaan danaoleh para profesionaldemi keuntungan dirinyasendiri
3.      Dengancaramembagi resikopenanaman modal pada beberapajenis sertifikat makaakan terdapatpersentase keuntungan yang cukupbermanfaat bagi pengembangan usahanya.
1.2. Perumusan masalah
¨      Sejauh mana analisis kelayakan harga saham dapat menjadi petunjuk bagi para pemodal untuk membeli atau menjual saham.
¨      Sejauh mana pengaruh faktor fundamental dan resiko ekonomi terhadap penentuan return awal saham.

1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk:
1.      Menganalisis apakah faktor fundamental (ROA dan PBV) dan resikoekonomi(inflasi dan nilai tukar) secara bersama‑sama berpengaruh terhadap return saham.
2.      Untuk menganalisis variabel mana yangberpengaruh signifikan dan dominanterhadap return saham.
3.      Untuk menganalisis seberapa besarkontribusi faktor‑faktor fundamental danresiko ekonomi mampu menjelaskan return saham.


BAB II
TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN MODEL
2.1. Konsep-Konsep Dasar
2.1.1        Investasi Saham di Pasar Modal
Investasi dapat diartikan sebagaikegiatan menanamkan modal baiklangsung maupun tidak langsung,dengan harapan padawaktunyanantipemilik modal mendapatkan keuntungan darihasil penanaman modal tersebut.Investasi dalam arti luas terdiri dari 2(dua) bagian utama , yaitu investasidalam bentuk aktiva riil (real assets) dan investasi dalam bentuk surat berharga(marketable securities atau financial assets). Akfivariiladalah aktiva berujudseperi emas,perak, intan, barang‑barangseni, dan real estate. Sedangkan aktivafinansial adalahsurat‑surat berhargayang merupakan klaim atasakfiva riil.
Salah satu alternatif' investasi di pasarmodal adalah saham. Investasi dalam bentuksaham sebagai investasi jangkapendek dan investasi jangkapanjangtergantung daritujuanpembeliannya.Investasi dalambentuk saham yangdikelompokkan sebagai investasi jangkapanjang biasanyadilakukan denganberbagai tujuan (Zaki Baridwan, 1992: hal.231) yaitu(1) untuk mengawasiperusahaan lain, (2) unluk memperoleh pendapatan yang tetap setiap periode, (3) untuk membentuk suatu dankhusus, (4) untuk menjamin kontinuitas suplaibahan baku, (5) untuk menjaghubungan antar perusahaan.
Investasi di pasar modal akanmemberikan berbagai keuntungan bagipemegang saham yaitu antaralain kemungkinan memperoleh capital gain, memiliki hak prioritas untuk membelibuktirightyang dikeluarkan perusahaan,kemungkinan memperoleh deviden,kemungkinan memperoleh hak atassaham bonus, waktu pemilikan takterbatas dan berakhir padasaat menjualkembali saham, dan membeli hak suaradalam rapat umum pemegang saham.
2.1.2. ANALISIS PENENTUAN SAHAM YANG DIBELI
Pada umumnya parapemegang modalyang rasional mengambil keputusanmembeli atau menjual saham didasarkanpada hasil analisis kelayakan hargasaham. Analisis yang dilakukan parapemodal sesuai dengan informasi yangmereka terima. Dalam hal penilaian hargasaham ada beberapa pedoman yangdapat dikemukakan. Pertama, bila hargasaham melampui nilai intrinsik sahamsebaiknyadilakukan penjualan saham,sebab kondisi seperti ini pada masa yangakan datang,besar kemungkinan terjadikoreksi pasar. Kedua, bilahargasaham sama dengan nilai instrinsiknya makatransaksi pernbelian atau penjualan tidakdilakukan. Ketiga, bila harga saham lebihkecil dari nilai instrinsiknya sebaiknyadilakukan pembelian sebab besarkemungkinan dirnasayang akan datangterjadi lonjakan harga saham.
2.1.2.1. Pendekatan Penilaian Saham
Dalam penentuan sahamperusahaan yang layak untuk dibeli,digunakan beberapaalat analisis yaitu:
1. Pendekatan Teknis (Technical Approach).
Analisis teknis dapat didefinisikan sebagai suatupenggunaan pasar spesifik untukmenganalisis sebuahsaham invidualdari seiumlah saham di bursa. Analisisteknis ini biasapuladisebut analisis internal atau analisis pasar (market or intemal analisis), karenapenggunaancatatan‑catatan harga pasar saham itusendiri berusahauntuk menilaipermintaan dan penawaran suatusaham. Analisis teknikal ini didasaripadadata pasar yang telahdipublikasikan, termasuk laporankeuangan. Data pasar tersebutmeliputi pulahargasaham atau indekshargasaham, volume perdagangan dan sebagainya. Tujuan analisis teknisadalah memprediksi pergerakan‑pergerakan hargasaham individu atausejumlah saham di pasar dalamjumlah waktu yang relatif pendek.
               Analisis teknis secara rasionalmenyatakan bahwanilai suatu sahammerupakan fungsi dari permintaan dan penawaran saham. Jadi pendekatan inimenekankan padaperilakuhargasaham dan mungkin jugavolume ( trading )yang timbul daripermintaan dan penawaran yang akanmenentukan hargasaham dimasamendatang. Pendekatan inimemusatkan perhatian investor padapergerakan hargasaham dan menarikkesimpulan dari kecenderungan (trend) gerakan hargatersebut untuk meramaltingkathargayang akan datang.Dengan demikianpenganut inimembuat strategi maupun teknisanalisis berdasarkan hargasaham.Pendukung pendekaton analisis teknik sering disebut Chartists.Para Chartist beranggapan 90% pasar modal melakukan transaksi berdasarkan psikologidan 10% berdasarkan logika.
Dalam analisis teknikal yangdilakukan dengan analisis sahamberdasarkan pada informasi dari luarperusahaan umumnya mempertimbangkan kondisi negara, seperti kondisiekonomi, politik, dan finansial suatuNegara.Analisis teknikal dapat diukurberdasarkan risiko negara yang terdiri dari3 risiko yaitu: political risk, financial risk,daneconomi risk (Claude et. al, 1996).
Risiko Ekonomi.
Risiko ekonomi terdiri dari 6 faktor yaitu: (1) tingkat inflasi, (2) utang jasa yang diukur dari prosentase ekspor barang dan jasa, (3) rasiolikuiditas internasional,(4)pengalaman perdagangan internasional, (5) neraca berjalan yang diukur dariprosentase barang dan jasa, dan (6) indikator nilai tukar. Adapun bobot dari masing‑masing faktor dalamekonomi adalah sebagai berikut:tingkat inflasi (20%), utang jasa yang diukur dari prosentase ekspor barang dan jasa (20%), rasio likuiditas internasional (10%),pengalaman perdagangan internasional (10%), neraca berjalan yang diukur dari prosentase barang dan jasa (30%), dan nilai tukar diberibobot 10% (Claude et al. 1996: pp.31). Dalamhalini,risiko ekonomi yang digunakan adalah tingkat inflasi dan nilai tukar. Keduafaktor dalam risiko ekonomi tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Inflasi
Inflasi merupakan proses kenaikan harga‑harga umumbarang‑barang secara terus‑menerus. Kenaikan harga tersebut diukur denganmenggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur ini antara lain: (1) indeks biaya hidup (consumer price index), (2) indeks harga perdagangan besar (Wholsalepriceindex), dan (3) GNP deflator.
Indeks biaya hidup mengukur biayaatau pengeluaran untuk membeli sejumlahbarang dan jasa yang dibeli oleh rumahtangga untuk keperluan hidup. DanGNP deflator mencakup jumlah barang dan jasayang masuk dalam perhitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak daripada indeks biaya hidup dan indeksperdagangan besar. GNP deflator diperoleh dengan membagi GNP nominal(atas dasar harga berlaku) dengan GNP riil (atas dasar harga konstan). Dari ketigajenis inflasi tersebut, yang digunakansebagai proxy dalam penelitian ini adalah indeks biaya hidup (consumer price index).  Inflasi dapat menurunkan keuntungan suatuperusahaan sehingga sekuritas di pasar modal menjadi komoditi yang tidak menarik. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa inflasimemiliki hubungan yangnegatif dengan return saham.
Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau sering disebut sebagai kurs merupakan harga mata uang terhadap mata uang lainnya. Kursmerupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang demikian besar bagi neracatransaksi berjalan maupun varibel-variabel makroekonomi yang lainnya.
Adadua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar (exchange rate) yaitu pendekatan moneter (monetary approach) danpendekatan pasar asset (asset market approach). Pada pendekatan moneter, nilai tukar didefinisikan sebagai harga dimana mata uangasing (foreign currency / foreign money) diperjualbelikan terhadap mata uang domestik (domestic currency / domestic money) dan hargatersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Kontribusi perubahan nilai tukar terhadap keseimbangan penawaran danpermintaan uang digunakan hubungan absolute purchasing power parity (PPP)yang merupakan keseimbangan antara harga domestik Pdan konversi kurs valuta asing ke dalam mata uang domestik eP* dengan rumusan P = eP* atau e = P1 P* (Batiz and Batiz, 1985: pp. 473).
Dalam transaksi valuta asing dibedakan menjadi dua jenis kurs yaitu kurs spot (spot rate) dan kursberjangka (forward rate). Dari kedua jenis transaksi tersebut, transaksi valuta asing yang paling dikenal adalahtransaksi seketika (on the spot). Transaksi spot yang lazim digunakan dalam melakukan pembayarandan penerimaan valuta asing adalah dalam jangka waktu dua hari kerja setelah disepakatinya transaksi tersebut.Sedangkan transaksi berjangka (forward transaction) merupakan kesepakatan yang dicapai pada hari ini namun baru.berlaku beberapa waktu kemudian (misalnya 3 bulan). Dalam tulisanini kurs yang dipakai adalah kurs spot (spot rate).
Nilai tukar mata uang atau kurs antara Rp/ US$ pada dasarnya sama dengan jumlah rupiah tertentu yang diperlukanuntuk memperoleh US$1. Simbol yang biasa digunakan untuk menyebut kurs adalah R. Dengan demikian rumuskurs adalah R = Rp/ US$; jika R = Rp/ US$ = 9500, berarti kita memerlukan Rp 9500 untuk membeli US$1.
Kurs juga dapat didefinisikan sebagai harga 1 unit mata uang domestik dalam satuan valuta asing. Definisi inimerupakan kebalikan atau rumus resiprokal dari definisi di atas; sehingga harga rupiah dalam satuan US$ dirumuskan sebagai: 1/ R = 1 / 9500 = 0.000105263. Ini berarti US$ 0.000105263 nilainya sama dengan Rp 1 (Salvatore, 1997: pp. 13). Dalam tulisanini yang digunakan adalah rumusyang kedua (1 / R), karena dengan rumus resiprokal ini dapat dihitung besarnya apresiasi ataupun depresiasi rupiah terhadap dolar AmerikaSerikat.
Melemahnya nilai tukar domestik terhadap mata uang asing (seperti rupiah terhadap dollar) memberikan pengaruhyang negatif terhadap pasar ekuitas karena pasar ekuitas menjadi tidak memiliki daya tarik. Dengan demikian secarateoritis, inflasi memiliki hubungan negatif dengan return saham.
Hasil penelitian yang menghubungkan antara inflasi dengan harga return sahamjuga menunjukkan bukti yang berbeda‑beda (Christianta PYM, 1996; Adler Manurung, 1994; Indi Sutopo &Sudarto, 1999; Enny Pudyastuti, 2000; dan Claude et al., 1996). Demikian pula hasil penelitian yang menghubungkan nilai tukar dengan harga atau returnsaham (Setyorini &Supriyadi, 2000; Adler Manurung, 1994; Christianta PYM, 1996; dan Claude et al., 1996). Berdasar bukti empirisyang berbeda tersebut, maka perlu dilakukan penelitian lanjutan yang menghubungkan antara faktor fundamental dan risiko ekonomi terhadap harga atau return saham.
2. Pendekatan Fundamental
            Analisis Fundamental merupakananalisis yang berhubungandengan faktor fundamental perusahaan yangditunjukkan dalam laporan keuanganperusahaan. Atas dasar laporan keuangan,para investor dapat melakukan penilaiankinerja keuangan perusahaan terutamakeputusan dalam hal melakukan investasi.Bagi para pemilik atau pemegang sahambermanfaat untuk melihat tingkat kembalianyang tercermin dalam laporan rugi laba danbesarnya dividen yang menjadi hak parapemegang saham.
        Analisis rasio merupakan bentuk ataucara yang umum digunakan dalamanalisis laporan finansial. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut Untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang terdiri dari neraca (balance sheet) danrugi‑laba (income statement). Manfaatanalisis rasio pada dasarnya tidak hanyaberguna bagi kepentingan intern perusahaanmelainkan juga bagi pihak luar. Dalam hal iniadalah calon investor atau kreditor yangmenanamkan dananya dalam perusahaanmelalui pasar modal dengan cara membelisaham perusahaan yang go public. Bagimanajer finansial, dengan menghitung rasio‑rasio tertentu akan memperoleh suatuinformasi tentang kekuatandan kelemahanyang dihadapi oleh perusahaan di bidangfinansial,sehingga dapat membuatkeputusan-keputusan yang penting bagikepentingan perusahaan untuk masa yangakan datang. Sedangkan bagi investor, ataucalon investor atau calonpembelisahammerupakan bahan pertimbangan apakahmenguntungkan untuk membelisahamperusahaan yang bersangkutan atau tidak(Syafaruddin Alwi, 1994: pp. 108).
        Rasio keuangan dapat dikelompok­kandalarn. 5 jenis yaitu: rasio likuiditas(liquidity ratio), rasio aktivitas, rasio rentabilitas (profitability ratio), rasio solvabilitas, dan rasio pasar (Robbert Ang 1997: pp. 18.23). Dalam halinidigunakan dua rasio keuangan yaitu re­turn on assets (salah satu rasio profitabilitas) dan price to book value (salah satu rasio pasar). Kedua rasio keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Return on Assets (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA sering disebut sebagai return on in­vestment.(R0I) yang besarnya dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
  

Indikator ROA merupakan salah satu indikator keuangan yang sering digunakandalam menilai kinerjaperusahaan..Semakin besar ROA, maka kinerjaperusahaan tersebut semakinbaik, karenatingkat kembalian (return) semakin besar. Konsekuensinya, ROI yang meningkatakan meningkatkan return saham.
Price to Book value (PBV )
SedangkanPrice to Book value (PBV ) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar terhadap nilai bukunya. Perusahaan yang berjalan dengan baik, umumnya rasio PBV-nya mencapai diatas satu yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Rasio ini dihitung dengan formula :

PBV =     Ps
BVS
PBV adalah indikator lain yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Semakin besar rasio PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal ( investor ) relatif dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
Meskipun secara teoritis ROA dan PBV memiliki pengaruh yang positif terhadap return saham, beberapa bukti empiris sering kalimenunjukkan hasil yang tidak sejalan. Hasil‑hasil penelitian sebelumnya yang menghubungkan antara faktor fundamental (ROA dan PBV)dengan return saham menunjukkan hasil yang berbeda‑beda (Rina Trisnawati, 1999; Syahib Natarsyah, 2000; Silalahi, 1991; Sugeng Sulistiono, 1994, Sulaiman, 1995 dan Leki Rofinus, 1997). Demikian pula penelitian yang menghubungkan antara PBV denganharga atau return saham juga menunjukkan bukti yang berbeda‑beda (Ferson &Harvey, 1996; Claude et al, 1996; Siddharta Utama &AntoYulianto, Budi Santoso, 1998).
Dalam analisis fundamental ini mengansumsikan adanyabeberapa saham yang mempunyai nilai intrinsik atau nilai tetap (true value) seperti yang diperkirakan investor. Nilai intrinsik ini tergantung pada kemampuan menghasilkan laba(potensial earning). Kemampuan menghasilkan labaakan dipengaruhioleh beberapafaktor, antaralain mutumanajemen, suku bunga, rata‑ratadan prospek industrisejenis, prospek ekonomi dan sebagainya. Jadinilai teoritis inidalam praktiknyasering berbedadengan nilai aktualseperti halnyadengan harapan yang tidak selalu menjadi kenyataan.
Implikasi yang dapat djelaskan antara nilai intrinsik dengan harga sahampadasaat ini(current market price )adalah :
a.Jika nilai intrinsik lebib besar daripadaharga pasar saham saat ini, makasaham tersebut adalah undervalued dan sebaiknyadibeli atau tetap disimpan/ditahan jika dimiliki.
b.Jika nilai intrinsik lebih kecil daripadahargasaham saat ini, makasaham tersebutovervalued dan sebaiknyadihindari, dijual bila dimiliki.
c. Jikanilai intrinsik samadengan hargapasar saham saat ini berarti   terjadikeseimbangan dimana sahamtersebut mempunyui nilai yang wajar (correctlyvalued).
Dengan analisis fundamental yangmendalam dan menyeluruh atas kondisisuatu perusahaan emiten, investorakan memilih manasaham yang dinilai rendah dan manasahamyang dinilaiterlalu‑tinggi. Untuk menganalisis dan menyeleksi tersebut, investor dapat menggunakan beberapa analisis, diantaranya : (1)analisis ekonomik, (2) analisis industri, dan (3) analisis emiten.
AnalisisEkonomik
Menganalisis kondisi perekonomian suatu negara dan pengaruhnyaterhadap perkembangan pasar modal. Secarakeseluruhan analisis ekonomik ini meliputi:
a.Analisis pertumbuhan (growth)
b.Analisk tingkat inflasi dan tingkatbunga
c.Analisis kebijakan pemerintah (APBN, regulasi sertaderegulasi).
Analisis pertumbuhan
Dalamanalisis ini diharapkan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu negaramakaperkembangan hargasaham akan menunjukkanpeningkatan yang positif. Sebaliknyaapabila pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah akan menimbulkan kelesuan pasar modal yang ditandai dengan rendahnyavolume perdagangan saham, hargasaham cenderung turun dan perusahaan yang go public relatif sedikit.
Analisis tingkat inflasi dan tingkat suku bunga;
Tingkat.inflasi dan tingkatsuku bungamempunyai pengaruhyang negatif terhadapperkembangan pasar modal. Suatu negara dengan tingkat inflasi yang tinggi mengakibatkan memburuknyasituasipasar modal. Namun sebaliknyatingkatinflasi yang semakin turun makapasar modal semakin berkembang. Hal samaterjadi pada tingkat suku bungadeposito, karena deposito adalah salah satu alternatif keputusan investasiyang merupakan produk substitusi dari pasar modal. Apabilarata‑rata tingkat bungadeposito jauh lebih tinggi daripadatingkat deviden saham makapasar modal sulitberkembang.
Analisis kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah mempunyai pengaruhlangsung atautidak langsung terhadap perkembangan pasar modal. Adanyapaket‑paket deregulasi seperti paket deregulasi bulan juni 1983 yang memberikan kebebasan kepada bank‑bank untuk menetapkan tingkatsuku bungamenyebabkan meningkatnyasuku bungadeposito sehinggainvestasipadadeposito menjadi lebih menarik dibandingkan saham. Dengan dikeluarkannyapaket deregulasi oleh pemerintahdi bidang pasar modal padabulan Desember 1987 (pakdes'87) yang menyangkutpenyederhanaan dan . persyaratan dan proses emisi sertadibukanyakesempatan bagi investor asing untuk membeli danmemiliki saham sertapenyederhanaan prosedur perdagangan di bursa merupakan kebijakan pemerintahyang strategis dalammengembangkon pasar modal. Pakto' 87 yang memuat ketentuan pengenaan pajak 15% atas bungadeposito dan penurunan batas likuiditas(RR) dari15% menjadi 2% secaratidaklangsung mendorong mengalirnyainvestasi ke pasar modal.
Pakdes'88, menitikberatkan usahauntuk lebihmemasyarakatkanpasar modal dan menyebarkan pemilikanperusahaanke masyarakatluas, Pakdes 1988 memberikan kesempatan kepadapihak swastauntuk menyelenggarakan bursa efek di beberapa kota diluar Jakarta. Disamping itu jugapakdes'88 memperkenalkan calon emiten untuk menerapkansistem perusahaanterdaftar (Iisted company) selain sistem saham terdaftar (listedshared).
Rangkaian deregulasi menunjukkan tekad pemerintah untuk mengembangkan pasar modal sebagai salah satualternatif peluasan investasi, dan nampaknyausahapengembangan pasar modal masih akan terus berlanjut.
AnalisisIndustri
Dalam analisis ini diperlukan pengetahuan yang mendalam mengenai sektor utama aktivitas ekonomi yangmempengaruhi jenis industri tertentu. selain itu perlu puladiketahui kekuatan dan kelemahan jenis industri tertentu.Jenis industri yang dimaksud adalah sekolompok perusahaan produktif yang mempunyai struktur teknologi yang samadanmenghasilkan barang atau jasa yang dapat saling mengganti. Beberapakarakteristik penting yang perludipertimbangkan analisisefek seperti penjualan dan laba, permanensi industri, sikap dan kebijakan pemerintah terhadapindustri, kondisi perburuan dan terhadap industri, kondisi perburuan danindustri, kondisi persaingan dan hargasahamperusahaan industriyang sejenis. Dalam analisis ini ditunjukkan untukmenganalisis sektor‑sektor yang mempunyai prospek cerah. Hasil analisis sektor ini merupakan salah satupertimbangan dalam memilihsaham yang akan dibeli yaitu saham‑saham perusahaan yang bergerak pada sektoryang mempunyaiprospek cerah.
Analisis Emiten
            Analisis perusahaan yang mengeluarkan saham(emiten) merupakan unsur penting dalam pendekatan fundamental, karenainformasi dariperusahaan yang dianalisis inilah yang dapat mengungkapkan performance perusahaan.Informasi yang dapat diperoleh berupainformasi intern dan ekstern, baik berupa perusahaan emiten itu sendirimaupun daripihak lainnya. Informasi tersebut seperti laporan tahunan dan laporan intern yang didalamnyaterdapatlaporan keuangan periode tertentu. Selain laporan keuangan dapat dianalisis lebihmendalam mengenai likuiditas ,solvabilitas dan rentabilitas perusahaan. Disamping informasi akuntansi, investor jugamemerlukan informasi yangsifatnyaekspektasi (forecasting). Kebutuhan informasi ini didasarkan padapertimbangan bahwaharga sahamditentukan antaralain oleh kinerja perusahaan dimasalampau dan ekspektasi dimasayang akan datang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar